Corona Varian Mu Berpotensi 'Kebal' Vaksin, Ada Ancaman Gelombang 3
Virus corona varian Mu atau B.1.621 berpotensi menurunkan efikasi vaksin Covid-19. Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman pun mengingatkan, ancaman penularan virus corona gelombang ketiga di Indonesia.
"Indonesia menghadapi ancaman gelombang ketiga. Bukan hanya karena varian baru (varian Mu), tetapi juga penularan varian Delta belum selesai," kata Dicky kepada Katadata.co.id, Selasa (7/9).
Menurutnya, varian Mu bisa menurunkan efikasi vaksin Covid-19. Selain itu, varian Mu diprediksi bisa menginfeksi orang yang pernah positif virus corona varian Alfa dan Delta.
Namun, varian Mu yang pertama kali ditemukan di Kolombia itu tidak menyebar secepat varian delta. Oleh karena itu, Dicky menilai masyarakat tidak perlu panik berlebihan.
Akan tetapi, pemerintah tetap harus memperkuat pengetesan, penelusuran, dan perawatan (3T). "Kalau respons seadanya, kita seperti menantang banyak kasus kematian," ujar dia.
Masyarakat juga harus mematuhi 5M yakni menjaga jarak, mencuci tangan, memakai masker, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
Sebelumnya, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono mengatakan bahwa varian Mu memiliki resistensi terhadap vaksin Covid-19. "Ini (analisis) secara laboratorium,” kata dia.
Namun, berdasarkan hasil laboratorium, penularan varian Mu tidak sehebat varian Delta. Pemerintah pun telah melakukan whole genome sequencing terhadap 7.000 penduduk. Hasilnya, belum ditemukan varian Mu di Tanah Air.
Ia berharap, varian Mu akan abortif atau berhenti berkembang seperti varian Kappa dan Lambda.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memantau varian Mu yang pertama kali ditemukan di Kolombia pada Januari. WHO mengategorikan varian dengan nama ilmiah B.1.621 ini ke dalam ‘variant of interest (VOI)’ atau yang menarik perhatian.
WHO menilai, varian Mu berpotensi memiliki resistensi terhadap vaksin. Namun, ini masih membutuhkan penelitian lebih jauh terhadap varian itu.
Selain di Kolombia, varian Mu terdeteksi di negara-negara Amerika Selatan dan sebagian Eropa. “Varian Mu memiliki konstelasi mutasi yang menunjukkan sifat potensial untuk lolos dari kekebalan," isi keterangan dalam buletin WHO yang terbit bulan lalu (31/8).
WHO membedakan varian Covid-19 antara ‘variant of concern’ dan ‘variant of interest’. Varian yang menjadi perhatian (VOC) seperti Delta, karena menunjukkan peningkatan penularan, virulensi atau perubahan penyakit klinis, penurunan efektivitas kesehatan masyarakat dan tindakan sosial.
Sedangkan VOI yakni yang terbukti menyebabkan penularan komunitas di beberapa klaster, dan telah terdeteksi di banyak negara, tetapi belum tentu terbukti lebih ganas atau menular.