Jokowi-PM India Modi Sepakati Kerja sama Bahan Baku Obat-Perdagangan
Presiden Joko Widodo, atau Jokowi, menggelar pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi. Keduanya sepakat untuk meningkatkan kerja sama di bidang kesehatan maupun ekonomi.
"Perkembangan (penurunan angka kasus COVID-19) ini tidak terlepas dari kerja sama kedua negara dalam penanganan COVID–19. Sudah menjadi komitmen Indonesia untuk terus memajukan kemitraan mitra strategis komprehensif dengan India," kata Presiden Jokowi di La Nuvola, Roma, Italia, pada Minggu (31/10) waktu setempat, seperti dikutip dari Antara.
Presiden Jokowi bertemu dengan PM Modi pada sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang berlangsung di Roma.
Presiden Jokowi mengaku senang melihat angka kasus COVID-19 di kedua negara yang terus mengalami kemajuan secara signifikan.
Seperti diketahui, Indonesia dan India berjuang keras untuk menekan angka kasus Covid-19 akibat varian Delta pada Mei-Juli.
Presiden Jokoi dan Modi juga membahas sejumlah peluang kerja sama, terutama di bidang kesehatan.
Presiden berharap industri farmasi kedua negara dapat melakukan kerja sama produksi bersama bahan baku obat (BBO), termasuk melalui pengembangan kapasitas antara perusahaan farmasi kedua negara.
"Selain bahan baku obat, kerja sama pengembangan vaksin kedua negara juga harus terus didorong," kata Presiden Jokowi.
India merupakan produsen vaksin terbesar di dunia dan produk farmasi terbesar ketiga di dunia. Hal tersebut dapat menjadi modal besar untuk memperkuat kerja sama Indonesia dan India.
Kedua pemimpin sepakat untuk segera menindaklanjuti pada tingkat teknis.
Isu lain yang dibahas Presiden Jokowi dan PM Modi adalah terkait percepatan pemulihan ekonomi.
Seiring situasi COVID-19 yang membaik, Presiden Jokowi mengajak PM Modi untuk mendorong bergeraknya kegiatan ekonomi dengan aman.
Dalam pertemuan tersebut, Jokowi mengusulkan dua hal, yakni pembuatan jalur aman mobilitas masyarakat melalui "vaccinated travel lane" (VTL) dan saling pengakuan sertifikat vaksin antara Indonesia dan India.
Kerja sama lain yang didorong di bidang ekonomi adalah Presiden Jokowi mengajak PM Modi untuk meningkatkan perdagangan dan investasi kedua negara pascapandemi.
Jokowi berharap kedua negara dapat memulai perundingan "Preferential Trade Agreement" (PTA).
"PTA sangat penting dalam rangka peningkatan dan diversifikasi perdagangan, dalam rangka mencapai target perdagangan US$50 miliar pada 2025. Saya juga berharap investasi dua arah dapat terus didorong," kata Presiden.
Sebagai informasi, India merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indonesia selain Cina, Amerika Serikat, dan Jepang.
India juga menjadi pasar terbesar bagi produk minyak sawit Indonesia.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, total nilai perdagangan Indonesia-India menembus US$13,93 miliar pada Januari-Agustus 2021, angka itu hampir setara dengan total keseluruhan nilai dagang di tahun 2020 yakni US$14,16 miliar.
Pada periode Januari-Agustus, nilai ekspor Indonesia ke India mencapai US$8,46 miliar dengan demikian Indonesia membukukan surplus sebesar US$3,53 miliar.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi juga membahas mengenai presidensi G20 Indonesia yang tidak terlepas dari peran India yang bertukar tempat.
Pada November 2020, Indonesia bertukar tempat dengan India untuk memegang presidensi G20 pada 2022. India akan melanjutkan estafet presidensi G20 pada 2023.
"Indonesia berharap, pemulihan ekonomi tidak hanya terjadi di negara maju, namun juga di negara berkembang," kata Presiden.
PM Modi pun menyampaikan dukungan penuh atas keketuaan Indonesia pada tahun 2022 dan menyampaikan kesiapan untuk berkontribusi dalam menyukseskan keketuaan Indonesia. India akan menjadi Ketua G20 tahun 2023.