Memahami Perbedaan BBM Subsidi dan Non Subsidi
Beberapa pekan terakhir, Indonesia tengah dihebohkan dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Ini berdampak bagi masyarakat, baik dalam level individu maupun level perusahaan. Perusahaan besar dan kecil dari sektor apapun juga tentu merasakan dampaknya.
Di Indonesia, BBM terdiri dari dua jenis, yakni bensin yang terbagi ke dalam beberapa jenis tergantung pada nilai oktan, dan solar, yang juga terbagi ke dalam beberapa jenis tergantung pada nilai setana. Dari segi bantuan pembiayaan pemerintah, BBM juga terbagi ke dalam dua jenis, yakni subsidi dan non subsidi.
Perbedaan BBM subsidi dan non subsidi tak hanya dilihat dari harganya saja. Melainkan juga dari segi jenis dan kualitasnya. Secara umum, jenis BBM non subsidi memiliki kualitas di atas BBM subsidi.
Perbedaan BBM Subsidi dan Non Subsidi
Berikut ini, adalah penjelasan secara perinci mengenai perbedaan BBM subsidi dan non subsidi, yang dilansir dari My Pertamina dan Shell.
1. BBM Subsidi
BBM Subsidi adalah bahan bakar minyak yang disubsidi pemerintah menggunakan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) kepada perusahaan yang ditunjuk sebagai distributor BBM di Indonesia.
Karena disubsidi, harga BBM jenis ini lebih rendah dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan BBM tersebut. BBM Subsidi memiliki jumlah yang terbatas sesuai dengan kuota. Selain itu, harga BBM subsidi seragam di seluruh wilayah Indonesia.
Harga BBM subsidi ditetapkan oleh Pemerintah, dan diperuntukan untuk konsumen pengguna tertentu. Terdapat dua jenis BBM subsidi di Indonesia, satu adalah bensin dengan oktan 90 (Pertalite), dan yang satu lagi adalah diesel dengan setana 48 (Biosolar).
2. BBM Non Subsidi
Berbeda dengan BBM subsidi, dalam BBM non subsidi, pemerintah tidak terlibat dalam dalam pengaturan harga. Sehingga, perusahaan penyedia BBM diperbolehkan bersaing sehat dengan mengacu pada UU Minyak dan Gas Bumi No. 22/2001.
BBM non-subsidi sejatinya diperuntukkan buat kalangan mampu karena jenis kendaraan yang mereka miliki membutuhkan BBM dengan kadar oktan yang tinggi atau kandungan sulfur yang rendah. Pertimbangannya, untuk menjaga performa dan daya tahan mesin.
Pertamina, sebagai BUMN yang mendapatkan tugas memproduksi dan mendistribusikan BBM, memiliki lima produk BBM non subsidi, yakni Pertamax, Pertamax Turbo, Pertamax Racing, Pertamina Dex dan juga Dexlite.
Berhemat di Tengah Kenaikan BBM
Berhemat bensin untuk kendaraan operasional bisnis. Meski harga BBM kini tengah tidak stabil, namun selalu ada cara yang dapat digunakan untuk hemat bensin demi mencapai efisiensi pengeluaran perusahaan.
Secara umum, terdapat dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur biaya yang dikeluarkan untuk bahan bakar kendaraan operasional, yakni otomatisasi menggunakan teknologi telematik, atau secara dengan cara pencatatan manual.
Tentu metode otomatisasi lebih efisien secara waktu dan biaya. Selain itu, teknologi yang menyertai memungkinkan Anda mendapatkan pemahaman mengenai kendaraan operasional yang digunakan.
Cara Menghemat BBM di Tengah Kenaikan Harga
Di luar metode penghitungan, terdapat juga beberapa cara yang dapat diterapkan untuk hemat bensin pada kendaraan operasional perusahaan atau juga bisa diterapkan di kendaraan pribadi, seperti:
1. Mengecek Kecepatan
Kendaraan yang ngebut cenderung lebih boros bensin. Untuk itu, gunakan teknologi pelacak untuk memantau kecepatan kendaraan operasional. Dengan demikian, tidak saja Anda dapat memantau kecepatan untuk hemat bensin, tapi juga mencegah perilaku berkendara yang membahayakan.
2. Melakukan Pengecekan Secara Berkala Saat Kendaraan Tidak Bergerak
Saat kendaraan tidak bergerak, mesin berada dalam kondisi idle, yakni menyala tapi tidak bekerja. Posisi ini secara tidak langsung meningkatkan konsumsi bahan bakar. Anda dapat menggunakan teknologi pelacak menggunakan GPS untuk mengetahui lokasi dan durasi di mana kendaraan idle.
3. Mencari Rute yang Efisien
Berputar-putar di jalan untuk mencapai tujuan tidak hanya menghabiskan waktu tapi juga bensin. Untuk itu, penggunakan teknologi pelacakan dengan GPS dapat membantu perusahaan untuk mengarahkan supir untuk berkendara menelusuri rute yang efisien sehingga hemat bensin dan waktu.
4. Mempermudah Beban dan Stamina Kendaraan
Seperti halnya tubuh manusia, kendaraan yang membawa beban ekstra juga akan bekerja lebih keras. Yang dapat Anda lakukan adalah meringankan bebannya dengan menurunkan atau melepas beban-beban yang tidak penting dari kendaraan. Selain itu, melepaskan beban yang tidak perlu juga dapat membuat kendaraan lebih tahan lama.
5. Melakukan Perawatan Berkala
Tidak hanya untuk menghemat BBM, tapi perawatan rutin juga memperpanjang usia kendaraan operasional. Perawatan berkala ini dapat dilakukan dengan mengamati kondisi elektroda busi, yang bisa menunjukkan kondisi pembakaran, apakah terlalu banyak atau sedikit mendapatkan pasokan bensin.
Jika elektroda terlihat hitam, artinya pasokan bensin terlalu banyak. Sebaliknya, jika terlalu putih pucat, berarti jumlah bensin yang masuk kurang. Perbandingan yang pas antara udara dan bensin sesuai angka stoikiometri adalah 14,7:1.
Angka 14,7 berarti molekul udara dibakar bersama satu molekul bensin. Jika angka itu bisa didapat, maka performa optimal dan konsumsi bahan bakar irit. Jika pengguna mengetahui pembakaran tidak pas, maka mesin harus dilakukan penyetelan agar konsumsi BBM menjadi irit.
Cara lain yang mudah untuk mengetahui kondisi mesin bisa dilakukan lewat uji emisi. Secara umum, ada tiga parameter utama yang dapat dilihat, yaitu lambda, karbon monoksida (CO) dan hidrokarbon (HC).
Pembakaran yang pas adalah, jika lambda 1. Jika lambda di atas 1, artinya pembakaran terlalu kering, karena jumlah bensin yang disuplai kurang. Sementara, jika lambda di bawah 1 berarti terlalu basah, atau jumlah bensin yang disuplai berlebih.
Kemudian, CO dan HC harus di bawah batas yang ditetapkan pemerintah. Terkait standar HC dari pemerintah, untuk mobil di bawah 2007 sebesar 700 ppm. Sementara, untuk mobil 2007 ke atas, maksimal 200 ppm. Lalu, kadar CO untuk mobil di bawah 2007 sebesar 3%, untuk 2007 ke atas 1,5%.
Makin besar angka HC dan CO, menunjukkan molekul bensin dan udara yang tak terbakar dan lolos ke udara bebas makin banyak. Salah satu penyebabnya adalah, pengapian lemah.
6. Memilih Bahan Bakar yang Tepat
Bahan bakar yang baik dapat mengurangi karbon deposit yang ditimbulkan dari hasil pembakaran pada mesin. Mesin pembakaran yang kotor juga menyebabkan kinerja mesin tidak optimal dan pemborosan karena torsi atau kekuatan menarik beban lebih sedikit. Selain itu, bahan bakar yang baik juga dapat mengurangi biaya perawatan kendaraan dan resiko risiko kerusakan pada mesin.