Top News: Strategi Bisnis Garuda Indonesia, Porsi EBT Salip Batu Bara

Aryo Widhy Wicaksono
13 April 2023, 05:23
Maskapai Garuda Indonesia
Garuda.Indonesia/instagram
Maskapai Garuda Indonesia

3. Garuda Indonesia Belum akan Bagi Dividen Meski Untung di 2022

PT Garuda Indonesia, Tbk. (GIAA) belum akan membagikan dividen kepada pemegang saham untuk tahun buku 2022. Padahal, Garuda Indonesia membukukan laba bersih sebesar US$ 3,73 miliar atau setara dengan Rp 55,9 triliun (asumsi kurs Rp 14.968,65/US$) sepanjang 2022.

Dari segi pendapatan, perseroan meraih US$ 2,1 miliar. Jumlah ini naik 57% dari pencapaian tahun sebelumnya yakni US$ 1,33 miliar.

Namun demikian, kinerja Garuda Indonesia sepanjang 2022 juga diuntungkan adanya restrukturisasi utang. Sepanjang tahun lalu, perusahaan mendapatkan pendapatan dari restrukturisasi utang sebesar US$ 2,85 miliar, serta keuntungan dari restrukturisasi pembayaran sebesar US$ 1,38 miliar.

4. Garuda Indonesia Siapkan Sejumlah Strategi untuk Angkat Harga Saham

Emiten maskapai penerbangan BUMN, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) melakukan sejumlah strategi untuk meningkatkan harga saham perusahaan. Melansir dari data RTI, saham Garuda Indonesia turun 64,71% secara tahunan. Bahkan tiga bulan di 2023, sahamnya sudah merosot 58,86% dan secara mingguan masih memperlihatkan penurunan 6,49%.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, pihaknya akan membereskan dari sisi fundamental. Menurutnya sebuah perusahaan bisa membangun cerita yang baik apabila fundamental sebuah perusahaan sudah benar.

Kedua, Garuda Indonesia akan selalu menyampaikan kondisi atau pun situasi perusahaan yang sebenarnya ke pelaku bursa sendiri. Apalagi, Garuda ini satu-satunya industri maskapai udara milik pemerintah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sehingga menurut Irfan tidak ada komparasi.

5. Riset: Porsi EBT Sukses Salip Batu Bara dalam Bauran Energi Global

Lembaga think tank global, EMBER, mencatat porsi energi baru terbarukan atau EBT global pada akhir 2022 naik menjadi 39%, menyalip batu bara yang sebesar 36%. Hal ini terutama didorong oleh pertumbuhan tenaga surya dan angin hingga porsinya mencapai 12% dari total pasokan listrik dunia, naik dari 10% pada 2021.

“Kita berada di dekade penentuan untuk masa depan iklim, dan ini adalah titik awal berakhirnya era bahan bakar fosil. Kita sedang menuju era energi bersih,” kata Małgorzata Wiatros-Motyka, penulis laporan EMBER Global Electricity Review 2023, dalam keterangan tertulis, Rabu (12/4).

Mengacu pada laporan tersebut, pembangkit listrik tenaga surya tumbuh hingga 24% atau setara penambahan 245 terawatt hour (TWh) pada 2022. Sementara tenaga angin naik 17% atau 312 TWh. Kenaikan kapasitas pembangkitan listrik surya dan angin tersebut mampu memenuhi 80% permintaan listrik global.

Kenaikan pembangkit EBT tersebut juga membatasi pertumbuhan tenaga batu bara menjadi hanya 1,1% atau setara 108 TWh. Di sisi lain, pembangkit berbahan bakar gas turun tipis 0,2% atau 12,3 TWh.

 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...