Rupiah Diramal Menguat, Pidato The Fed Buka Potensi Inflasi di AS
Rupiah berpeluang menguat hari ini setelah tidak ada kejutan berarti dalam pidato Gubernur The Fed, Jerome Powell akhir pekan lalu. Analis pasar uang Lukman Leong memperkirakan kurs rupiah menguat dengan bergerak di rentang 15.250-15.350 per dolar AS.
Pada pembukaan perdagangan pagi, rupiah melemah tipis 0,01% ke level 15.296 per dolar AS. Namun analis memperkirakan pelemahan hanya berlangsung sesaat.
"Rupiah diperkirakan akan menguat di tengah sentimen risk on dan koreksi pada dolar AS setelah pernyataan Powell di Jackson hole kurang lebih sesuai dengan perkiraan investor," kata Lukman seperti dikutip, Senin (28/8).
Mayoritas mata uang regional melemah seperti baht Thailand 0,32%, ringgit Malaysia 0,23% hingga yen Jepang 0,05%. Sebaliknya, yuan China menguat tipis 0,05% bersama won Korsel 0,08% dan dolar Singapura 0,1%.
Dalam pidatonya Powell menyebut inflasi tetap tinggi sekalipun sudah dalam tren penurunan. Arah kebijakan The Fed ke depan akan melihat perkembangan data terbaru tetapi bank sentral bersiap menaikkan suku bunga jika memungkinan dan akan menahannya di level tinggi hingga inflasi diyakini benar-benar turun ke arah target.
Namun, perhatian pasar kini tertuju pada komentar The Fed soal kondisi ekonomi AS yang rupanya cukup tangguh dengan masih terus tumbuh. Powell menyebut dengan sinyal ekonomi yang masih kuat bisa mendorong risiko kenaikan inflasi dan mengharuskan bank sentral menempuh pengetatan moneter lebih lanjut.
Potensi Inflasi di Amerika Serikat
Sementara itu analis pasar uang Ariston Tjendra menyebut komentar The Fed soal ekonomi yang kuat bisa memicu inflasi itu akan menjadi sentimen negatif bagi rupiah hari ini. Meski demikian, secara keseluruhan ia melihat rupiah bisa menguat ke arah 15.250-15.230, dengan potensi resisten di kisaran 15.330 per dolar AS.
"Kelihatannya pasar mengambil sisi positif dari pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell di pertemuan Jackson Hole pada akhir pekan kemarin sehingga minat pasar terhadap aset berisiko meninggi," kata Ariston.
Sentimen positif tersebut terutama berasal dari asesmen The Fed bahwa ekonomi AS tidak melemah seperti yang diantisipasi pasar sebelumnya. Indeks saham Asia bergerak naik pagi ini, yang bisa diartikan sentimen terhadap risiko sedang bagus.
"Pasar masih mewaspadai isu kenaikan suku bunga AS ini dan perlambatan ekonomi China sehingga mungkin penguatan rupiah tidak terlalu tinggi," kata Ariston.