Gempa Bumi Sumedang, Ini Analisis Badan Geologi dan BMKG
BMKG Imbau Warga Sumedang Waspadai Longsor
Sementara itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan badan yang ia pimpin belum dapat memastikan sumber gempa yang mengguncang wilayah Sumedang sebanyak tiga kali berturut-turut itu. "Untuk saat ini, kami sifatnya masih memonitor, belum bisa memastikan sumber dari gempa ini. Sehingga, kami belum bisa memastikan penyebabnya," kata dia Senin (1/1) dini hari.
Ia menjelaskan gempa Sumedang dapat dipicu oleh tiga sesar aktif yaitu Sesar Lembang, Sesar Baribis dan Sesar Cileunyi-Tanjungsari. Namun, kata dia, jarak ketiga sesar tersebut dengan pusat gempa Sumedang cukup jauh. Menurut dia, tak tertutup kemungkinan penyebab gempa adalah patahan baru yang belum dapat diidentifikasi.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan gempa serupa pernah dialami Sumedang pada 19 Desember 1972. "Dampak gempa saat itu lebih besar. Meski begitu, arga di Sumedang harus tetap waspada, terutama di wilayah perbukitan, karena gempa yang terjadi dapat memicu bencana longsor," kata dia.
Daryono mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada karena wilayah Sumedang didominasi kawasan perbukitan yang rawan longsor.
Berdasarkan laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, kejadian gempa bumi tersebut mengakibatkan kerusakan rumah penduduk di kawasan Kampung Babakan Hurip, Kelurahan Kotakaler; Kampung Rancapurut, Desa Rancamulya; Kecamatan Sumedang Utara dan Kecamatan Sumedang Selatan.
Paska gempa, Penjabat (Pj) Bupati Sumedang Herman Suryatman menyebutkan tidak ada korban jiwa dalam rentetan gempa bumi di Sumedang tersebut. Namun, tercatat 53 rumah rusak dan tiga orang luka ringan.
Sebagai langkah antisipasi, sebanyak 248 pasien rawat inap dan 83 pasien IGD di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sumedang dievakuasi ke lima tenda di sekitar rumah sakit. "Pasien sudah mendapatkan perawatan intensif," kata dia.