Debat Cawapres Menyisakan Gimik dan Saling Serang, Isu Pokok Dilupakan
Debat cawapres atau calon wakil presiden lebih banyak menonjolkan gimik dan saling serang antar kontestan. Pada akhirnya, masyarakat lebih banyak membicarakan gimik serta saling serang antar kontestan, dibandingkan gagasan dan isu pokok yang diangkat dalam debat.
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro, mengatakan semua cawapres sebenarnya tidak menguasai isu pokok debat pilpres keempat yang diselenggarakan di Jakarta, Minggu (21/1).
“Sebetulnya ketika satu menyampaikan data, meskipun datanya mungkin belum tentu benar, pihak yang lain tidak bisa mengkoreksi. Ini problemnya sehingga gagasannya tidak bisa tampil kemudian hanya berputar-putar,” kata Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro, kepada Katadata.co.id, Minggu (21/1).
Komaidi melihat para paslon saling menyerang, bukan adu gagasan. Hal itu menyebabkan diskusi masyarakat setelah debat cawapres lebih banyak mengenai etika, bukan mengenai gagasan para pasangan calon.
“Komentarnya orang tidak melihat substansinya, tetapi melihat Gibran kok menyerang yang sudah senior,” ucapanya.
Komaidi menilai gagasan-gagasan para paslon sebenarnya bagus. Akan tetapi, materi atau gagasan yang sudah disiapkan para tim suksesnya belum terlalu dipahami.
“Saya kira juga perbedaannya di daya serapnya saja dari apa yang ditransfer dari timses ke masing-masing,” ujar dia.
Debat Cawapres Diwarnai Gimik dan Saling Serang
Para cawapres saling serang dan lakukan gimik tadi malam. Pada sesi pertama saat penyampaian visi dan misi, cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskadar langsung mengeluarkan serangannya kepada salah satu Capres.
Ia menyinggung bahwa program food estate yang diinisiasi Joko Widodo tidak bermnafaat dan harus dihentikan. Padahal, program food estate merupakan andalan yang diusung Prabowo-Gibran.
"Food estate terbukti mengabaikan petani, kita meninggalkan masyarakat adat dan menyebabkan konflik agraria dan bahkan merusak lingkungan kita. Ini harus dihentikan," ujarnya.
Di sesi berikutnya, cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka melontorkan pertanyaan terkait lithium ferrophosphate (LFP) kepada Cak Imin. Gibran harus mengulangi pertanyaan lantaran Cak Imin terlihat tidak familiar dengan istilah tersebut.
"Paslon nomor 1 dan tim suksesnya sering menggaungkan LFP, lithium ferrophosphate, saya enggak tahu ini Paslon 01 ini antinikel atau gimana, mohon dijelaskan?" kata Gibran.
Cak Imin lantas menjawab pertanyaan tersebut dengan menyinggung soal etika. Menurutnya, diskusi dalam debat ini bukan hanya soal tebak-tebakan definisi maupun singkatan, namun levelnya adalah kebijakan.
"Tenang Pak Gibran, semua ada etikanya termasuk kita diskusi di sini bukan tebak-tebakan definisi, tebak-tebakan singkatan. Kita levelnya adalah policy dan kebijakan. Prinsipnya sederhana semua kembali kepada etika Pak Gibran," kata Cak Imin.
Kemudian di sesi yang berbeda Gibran juga sempat melontarkan pertanyaan mengenai istilah greenflation kepada cawapres nomor urut 3 Mahfud MD. Namun, Gibran tidak menjelaskan terlebih dahulu definisi dari greenflation yang dimaksudnya. Hal ini menuai protes dari Mahfud MD.
"Ini tadi tidak saya jelaskan karena kan beliau kan seorang profesor. Oke, greenflation ini adalah inflasi hijau. Sesimpel itu," kata Gibran.
Awalnya, Mahfud MD menjelaskan soal ekonomi sirkular dan untuk mengatasi inflasi hijau cara ampuhnya dengan kebijakan. Menanggapi jawaban Mahfud MD, Gibran lantas melakukan aksi seolah mencari sesuatu.
"Saya lagi nyari jawabannya Prof Mahfud, saya nyari-nyari di mana jawabannya. Ko gak ketemu jawabannya. Saya nanya masalah greenflation ko jawabnya ekonomi hijau," ujarnya.
Mahfud kemudian menanggapi pertanyaan Gibran ini sebagai hal yang tidak layak ditanyakan. Dia bahkan menolak menjawab pertanyaan Gibran.
“Saya juga ingin mencari itu jawabannya ngawur juga itu. Ngarang-ngarang gak karuan mengaitkan dengan sesuatu yang tidak ada. Gini loh kalau akademis itu kalo yang bertanya seperti itu recehan, recehan. Oleh sebab itu, ini tidak layak dijawab," sindir Mahfud.