Rupiah Dibuka Menguat, Penembakan Trump Bayangi Potensi Pelemahan
Nilai tukar rupiah dibuka menguat pada perdagangan Senin (17/5). Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada pukul 09.05 WIB berada pada level Rp 16.158 per dolar AS, menguat 21,50 poin atau sebesar 0,13 persen.
Penguatan rupiah terjadi usai aksi penembakan terhadap kandidat presiden Amerika Serikat Donald Trump akhir pekan ini. Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan penguatan rupiah pada pembukaan bisa saja terjadi lantaran pasar sudah melihat peluang The Fed akan memangkas suku bunga acuannya tahun ini.
"Hal ini setelah data inflasi konsumen AS bulan Juni yang dirilis pekan lalu terlihat menurun sehingga dolar AS sempat melemah terhadap nilai tukar lainnya. Kelihatannya ini bisa menahan pelemahan rupiah terhadap dolar AS hari ini," jelas Ariston.
Meski begitu Ariston mengatakan potensi pelemahan rupiah masih terbuka. Penembakan Trump yang turut berlaga dalam pilpres 2024 telah diikuti dengan penguatan dolar Amerika Serikat terhadap sejumlah mata uang. Hal itu menurut dia bisa saja berimbas pada rupiah.
Ariston mengungkapkan, pelaku pasar memandan penembakan Trump dapat meningkatkan peluangnya terpilih sebagai Presiden AS. Terlebih, kebijakan pemerintahan Trump sangat pro dalam negeri AS dan mendorong penguatan dolar AS.
Hasil data PDB China kuartal kedua juga akan dirilis pagi ini. Menurutnya, data tersebut dapat menambah pelemahan rupiah bila hasilnya lebih buruk dari ekspektasi pasar 5,1 persen karena memberikan sentimen negatif ke pasar aset berisiko.
"Potensi pelemahan rupiah hari ini ke arah Rp 16.200 per dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp 16.100 per dolar AS," ujar Ariston seperti dikutip Senin (15/7).
Sementara itu, analis pasar mata uang Lukman Leong mengungkapkan penembakan Trump bisa memberikan kekhawatiran pada investor. Selain itu juga menguatkan dolar AS karena permintaan safe haven.
Hanya saja, Lukman menilai reaksi tersebut masih beragam. Lukman memproyeksikan, rupiah akan berkonsolidasi terhadap dolar AS dengan kecenderungan melemah terbatas.
"Data ekonomi AS jumat yaitu harga produsen yang lebih tinggi dari perkiraan telah sedikit membuat dolar AS rebound. Investor menantikan data pertumbuhan ekonomi China pagi ini. Kisaran rupiah berada ada Rp 16.100 hingga Rp 16.200 per dolar AS," jelas Lukman.
Senada dengan kedua analis tersebut, Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana juga memproyeksikan nilai tukar rupiah akan terdepresiasi hari ini namun terbatas. Fikri memperkirakan nilai tukar rupiah akan berada pada kisaran Rp 16.060 hingga Rp 16.260 per dolar AS ada hari ini.
Fikri menuturkan terdapat jumlah sentiment pada pergerakan rupiah hari ini. "Pemicu utama kekhawatiran penembakan Trump akan memicu risk on dan kekhawatiran meningkatnya tensi politik di AS dan bisa saja berdampak ke geopolitik lainnya," ujar Fikri.
Menurut Fikri, inflasi PPI AS baik headline dan core yang lebih tinggi dari perkiraan sehingga sedikit menahan ekspektasi penurunan Fed Fund Rate walau dengan odds ratio sekitar 95 persen. Data trade balance dan ekspor dan impor Indonesia juga akan mempengaruhi jika lebih baik dibanding bulan lalu.
"Data ekspor impor mungkin akan ada tambahan sentimen positif dan berakibat pada apresiasi rupiah ke bawah Rp 16.100 per dolar AS di hari ini," tutur Fikri.