Jokowi: Pendekatan Ekonomi Berbasis Profit Hambat Upaya Mitigasi Perubahan Iklim

Muhamad Fajar Riyandanu
5 September 2024, 12:13
Jokowi
ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/foc.
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan dalam pembukaan Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2024).
Button AI Summarize

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak seluruh pimpinan dunia menghilangkan sikap ego sentris atau sudut pandang pribadi dalam upaya mempercepat penanganan dampak perubahan iklim. Hal itu disampaikan Jokowi dalam pidato pembukaan Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta Convention Center pada Kamis (5/9).

Menurut Jokowi, mayoritas kebijakan terkait akselerasi mitigasi perubahan iklim saat ini cenderung menggunakan pendekatan ekonomi yang hanya berfokus pada pertimbangan profit atau keuntungan finansial. ia menyebut, upaya untuk menyelesaikan persoalan iklim membutuhkan pendekatan yang kolaboratif antara negara maju dan negara berkembang. 

"Saya tekankan permasalahan perubahan iklim ini tidak akan pernah bisa terselesaikan selama dunia menggunakan pendekatan ekonomi," kata Jokowi. 

Jokowi turut menyoroti praktik ekonomi hijau yang lebih dari sekadar upaya untuk menjaga lingkungan. Menurutnya, praktik ekonomi hijau dapat meningkatkan kualitas hidup dan menciptakan kesejahteraan ekonomi masyarakat jangka panjang.  

"Jangan meragukan komitmen Indonesia dalam mencapai net zero emission dan berkontribusi bagi dunia yang lebih hijau," ujarnya.

Ia pun menguraikan komitmen Indonesia yang telah dicetuskan menjadi sejumlah proyek komersial. Satu di antaranya adalah operasional pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) apung di Waduk Cirata, Jawa Barat berkapasitas 192 megawatt (MS) peak. "PLTS apung ini terbesar di Asia Tenggara dan terbesar ketiga di dunia," kata Jokowi.

Lebih jauh, ia mengatakan Indonesia juga memiliki potensi energi hijau yang melimpah mencapai lebih dari 3.600 gigawatt (GW). Juga ada sumber daya penyerapan karbon melalui pemanfaatan hutan mangrove seluas 3,3 juta hektare (ha).

Dia menyebut bahwa hutan mangrove mampu menyerap lebih banyak karbon hingga 8-12 kali lipat dibandingkan hutan hujan tropis. Selain itu, Jokowi juga mengatakan Indonesia memiliki kawasan industri hijau seluas 13 ribu ha.

Kendati demikian, modal sumber daya yang dimiliki Indonesia tidak akan memberikan dampak signifikan bagi percepatan penanganan perubahan iklim selama negara maju tidak mengambil langkah  penting. "Semua itu tidak akan memberi dampak signifikan selama negara maju tidak berani berinvestasi, selama riset dan teknologi tidak dibuka secara luas, dan selama pendanaan tidak diberikan dalam skema yang meringankan negara berkembang," ujar Jokowi.

Menurut Jokowi, Indonesia berkomitmen untuk bekerja sama dengan pihak manapun untuk memajukan energi hijau serta menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan ramah lingkungan. Ia menyebut Indonesia sangat terbuka bermitra dengan siapapun untuk memaksimalkan potensi bagi dunia yang lebih hijau. 

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...