Belum Layak, Terminal 3 Soekarno-Hatta Tak Bisa Buat Mudik Lebaran
Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, belum bisa beroperasi sesuai rencana pada Senin (20/6) pekan depan, sehingga tidak dapat digunakan untuk mudik Hari Raya Idul Fitri. Kepastian tersebut berdasarkan hasil rapat koordinasi intensif Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan PT Angkasa Pura II (AP II).
Direktur Bandar Udara Kemenhub Yudhi Sari Sitompul mengatakan keputuan itu berdasarkan pengecekan kehandalan fasilitas terminal tersebut. Dalam pengecekan itu, ditemukan permasalahan yang belum dapat diatasi Angkasa Pura II, yakni ketersediaan listrik apabila pasokan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) terhenti.
Dalam uji coba sistim listrik yang dilakukan Kemenhub, empat unit genset cadangan ternyata belum dapat mengalirkan listrik ke terminal apabila pasokan listrik utama mati. Hal tersebut dapat mengganggu operasional berbagai fasilitas terminal. "Khawatirnya pelayanan check in, bagasi, garbarata, serta lift dan eskalator berpotensi mati total," kata Yudhi dalam konferensi pers di kantor Kemenhub, Jakarta, Kamis (17/6) malam.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Keamanan Penerbangan Kemenhub M. Nasir Usman mengatakan masalah lainnya adalah keterbatasan jangkauan Air Traffic Control (ATC). Nasir menjelaskan, sebenarnya AP II telah mengajukan izin untuk menggunakan mobile tower sementara waktu sembari membangun subtower yang lebih pendek.
(Baca: Garuda Pindah Bertahap ke Terminal 3 Ultimate Soekarno Hatta)
Namun, sayangnya mobile tower tersebut belum mendapatkan sertifikasi Civil Aviation Safety Regulation (CASR) 171 dan 172. “Apalagi orang dari Airnav itu harus adaptasi terlebih dulu dengan peralatan tersebut,” kata Nasir.
BUMN penyedia layanan navigasi penerbangan, AirNav Indonesia, menjelaskan lebih detail persoalan tersebut.
Para pemandu lalu lintas udara atau air traffic controller (ATC) yang berada di menara pengawas tidak bisa melihat apron atau lahan parkir pesawat di terminal baru itu.
“Solusinya akhirnya dipasang mobile tower, jadi ATC bisa khusus melihat Terminal 3,” kata Direktur Operasi AirNav Indonesia, Wisnu Darjono kepada Katadata, Kamis (16/6).
Sebenarnya ada alat bernama Advanced Service Movement Ground Control System (ASMGCS) yang mampu membantu ATC mengawasi apron. Namun, pengadaan alat ini baru bisa dilakukan AirNav Indonesia pada November mendatang.
Wisnu menjelaskan, pengawasan ATC terhadap setiap pergerakan di apron atau tempat parkir pesawat dilakukan secara visual dan tidak boleh terhalang apa pun. Di lahan yang bisa menampung sekitar 30 pesawat itu juga akan ada aktivitas truk bahan bakar, bus pengantar penumpang serta kendaraan pengangkut barang. Semua pergerakan harus diatur agar tidak ada yang bersenggolan satu sama lain.
Menurut Yudhi, AP II bisa saja menyelesaikan permasalahan ini sebelum Lebaran awal Juli mendatang. Namun, Kemenhub tetap akan memberikan lampu hijau pengoperasian pasca Lebaran lantaran tidak ingin mengambil risiko terganggunya arus mudik akibat terminal baru yang dipaksakan beroperasi.
Ia juga tidak khawatir penundaan ini akan menimbulkan kemarahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Menurutnya, Jokowi tidak pernah memberikan target tanggal pengoperasian Terminal 3 ini secara spesifik. "Kami ada 35 bandara yang harus difokuskan bagi arus mudik, lagipula dari beberapa tahun lalu belum ada terminal 3 arus mudik tidak terganggu,” katanya.
Sementara itu, Direktur Utama Angkasa Pura II Budi Karya menjelaskan, penundaan pengoperasian Terminal 3 Ultimate untuk mengoptimalkan efektivitas pelayanan jasa operasional transportasi udara menjelang puncak arus mudik.
“Maaf belum bisa melayani arus mudik. Insya Allah akan melayani masyarakat dengan lebih baik pasca Lebaran,” katanya, melalui siaran pers, Kamis (26/6).
Namun, Angkasa Pura II mengklaim tetap menyempurnakan terminal 3 yang diperluas itu untuk proses transisi penerbangan internasional serta domestik Garuda Indonesia. Masih ada kekurangan yang harus dilengkapi perseroan. “Beberapa masalah seperti tower, tengah dibuat standard operating procedure (SOP),” ujar Budi. (Baca: Terminal 3 Selesai, Penerbangan Soekarno-Hatta Tak Bertambah)
Pada Selasa lalu (14/6), Menteri Perhubungan Ugnasius Jonan melakukan inspeksi terhadap Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta. Hasilnya, pemerintah belum bisa memberikan izin operasional terminal tersebut, yang sebelumnya ditargetkan mulai melayani penumpang pada 20 Juni mendatang.
“Alasannya, karena masih ada kekurangan yang ditemukan di terminal tersebut, terutama dari segi keselamatan penerbangan,” kata Jonan seperti yang juga ditulis dalam akun Facebook-nya, Rabu (15/6). Ia menyebut ada dua hal yang masih belum siap. (Baca: Jokowi Pastikan Terminal 3 Bandara Soetta Beroperasi Juni 2016)
Pertama dari sisi udara, dengan apron yang belum steril. Ia meminta adanya pemeriksaan agar tidak ada benda asing yang membahayakan saat pesawat lepas landas maupun mendarat. Kedua, masalah tower ATC. Seharusnya, kata Jonan, para pengawas harus bisa melihat semua pergerakan di airside dari tower. Bukan hanya pergerakan pesawat, tapi juga orang dan lainnya. Sementara itu, saat ini pandangan dari tower masih terhalang bangunan terminal.
Jika memang tidak siap, Jonan meminta operasional Terminal 3 Ultimate tersebut dilakukan setelah Lebaran. “Saya tidak merisikokan keselamatan penerbangan,” ujarnya.