Pemerintah Target Wisata Gastronomi Indonesia Masuk Tiga Besar Dunia
Sektor wisata gastronomi Indonesia ditargetkan untuk menjadi salah satu yang terbaik di dunia. Pemerintah menargetkan, pengembangan sektor ini bakal masuk peringkat tiga besar dunia pada tahun 2030. Apalagi, kekayaan wisata kuliner nasional yang menjadi elemen penting wisata gastronomi, memiliki banyak potensi untuk terus dikembangkan.
Ketua Tim Percepatan dan Pengembangan Wisata Kuliner dan Belanja Kementerian Pariwisata Vita Datau menyatakan tren wisata turis yang datang ke destinasi wisata mencari pengalaman otentik. Namun, kuliner harus bisa memberikan konteks cerita yang berkualitas.
Vita mengungkapkan, pemerintah telah menetapkan lima kuliner khas Indonesia untuk promosi global, yaitu rendang, sate, soto, gado-gado, dan nasi goreng. Lima jenis kuliner tersebut juga didorong untuk pemasaran dalam restoran diaspora di mancanegara dengan cakupan 21 negara dan 47 kota besar.
"Kami ingin pengunjung yang datang wisata kuliner mendapatkan memori kuliner dan menyebarluaskan pengalamannya secara global. Lima makanan itu mudah ditemukan di restoran Indonesia di luar negeri," kata Vita di Jakarta, Kamis (25/4).
(Baca: Pengusaha: Kuliner Lokal Perlu Dukungan untuk Jaga Ketahanan Pangan)
Pada 2030, Kementerian Pariwisata menargetkan 35% turis asing datang karena wisata gastronomi Indonesia, dan diharapkan dapat berkontribusi hingga 60% terhadap produk domestik bruto (PDB). Pasalnya, motivasi generasi muda untuk perjalanan adalah pengalaman budaya dan kuliner khas suatu daerah.
Vita menyebutkan destinasi wisata kuliner menjadi fokus pemerintah di tiga wilayah, yaitu Bali, Joglosemar (Jogjakarta, Solo, Semarang), dan Bandung. Pengembangannya juga dilakukan dengan United Nation World Tourism Organization (UNWTO).
Bukannya tanpa tantangan, dia juga mengungkapkan lima kendala dalam peningkatan daya saing dan kualitas wisata gastronomi, yaitu kebersihan, kesehatan, keamanan makanan; pelayanan sumber daya manusia; pelestarian melalui program pendidikan; pengembangan berkelanjutan; serta tenaga kerja yang semakin berkurang.
Kementerian Pariwisata juga menyorot peringkat kesehatan dan kebersihan Indonesia tahun 2017 nomor 108, keamanan makanan nomor 91, serta kesiapan teknologi peringkat 91. Namun, peringkat bahan baku, harga, serta infrastruktur Indonesia jauh lebih baik dengan masuk 50 besar.
(Baca: Jadi yang Terbesar di Asia Tenggara, Go-Food Siap Gelar Hari Kuliner)
Vita mengungkapkan gastronomi adalah rangkaian dari proses hulu ke hilir. Sebab, komersialisasinya bisa dimulai dari wisata agrikultur, wisata organik, wisata pendidikan, wisata sejarah, sampai wisata membuat makanan. Menurutnya, gaya cerita yang kuat tentang gastronomi Indonesia bisa membuat eksposur pada proses kuliner nusantara. "Kalau gastronomi dibina dengan baik, semua aspek akan tersentuh, hasilnya juga akan baik," kata Vita lagi.