Induk Dunkin Donuts dan Baskin Robins Dilego Rp 165 Triliun
Perusahaan jaringan restoran multi brand asal Amerika Serikat (AS) Inspire Brands Inc mengakuisisi Dunkin Brands Group Inc beserta utangnya senilai US$ 11,3 miliar atau setara Rp 165 triliun. Kesepakatan tersebut akan membawa bisnis restoran Dunkin Donuts dan gerai es krim Baskin Robins ke salah satu grup waralaba restoran terbesar di AS.
Inspire Brands, bakal mengambil alih mayoritas saham beredar induk Dunkin Donuts dan Baskin-Robbins senilai US$ 106,50 per saham. Harga pembelian tersebut lebih tinggi dibandingkan harga saham Dunkin Brands pada penutupan, Jumat (23/10) sebesar US$ 99,71 per saham atau sebelum laporan kesepakatan akuisisi terpublikasi.
Penjualan di Dunkin 'dan Baskin-Robbins mulai meningkat dari posisi terendah beberapa pekan terakhir, didorong oleh permintaan layanan pengambilan di tempat, drive-thru selama pandemi corona.
Dunkin 'dan Baskin-Robbins akan menjadi "pelengkap" portofolio bisis Inspire. Perusahaan akan memiliki akses ke pelanggan internasional dan lebih dari 15 juta anggota program loyalitas. Namun, akuisisi ini juga memungkinkan mereka keluar dari bursa saham dan menjadi perusahaan privat.
CEO Inspire Paul Brown mengatakan, pembelian tersebut akan membuat jaringan restoran Inspire meningkat hampir tiga kali lipat. "Mereka akan memperkuat Inspire melalui platform internasional berskala dan infrastruktur lisensi barang kemasan, serta jutaan pelanggan loyalitas," kata Paul Brown, CEO Inspire Brands dikutip dari Reuters, Senin (11/2).
Hingga kuartal III tahun fiskal 2020, Dunkin 'Brands mengoperasikan 12.900 restoran Dunkin Donuts dan lebih dari 8.000 gerai es krim Baskin-Robbins di seluruh dunia.
Sementara Inspire Brands yang didirikan pada 2018 oleh perusahaan ekuitas swasta Roark Capital sebagai perusahaan induk, memiliki portofolio lebih dari 11.000 restoran Arby's, Buffalo Wild Wings, SONIC Drive-In, Rusty Taco, dan Jimmy John di seluruh dunia.
"Akuisisi ini akan menjadikan Inspire sebagai merek nasional yang mapan dengan Dunkin Brands, " tulis analis restoran BTIG Peter Saleh dalam catatannya, dikutip dari CNN International.
Saingi Starbucks di Bisnis Kopi
Dalam beberapa tahun terakhir Dunkin fokus pada pengembangan produk kopi dan pada 2018 menghapus kata "Donuts" dari nama brand induk. Sebagai gantinya, perusahaan mulai berinvestasi dalam mesin espresso dan peralatan pembuatan bir sambil menguji coba menu sarapan baru, seperti sandwich sosis nabati.
Data Statista mencatat, pasar (market size) industri kedai kopi Amerika Serikat mencapai US$ 47,5 miliar pada 2019, tumbuh 3,3% dari tahun sebelumnya. Negara ini dikenal sebagai ladang bisnis kedai kopi ternama seperti Starbucks, Caribou, dan lainnya.
Beberapa analis melihat strategi tersebut sebagai upaya Dunkin menantang Starbucks di jejaring bisnis kopi.
Kedua perusahaan menawarkan pilihan kopi dan strategi yang serupa, meskipun pilihan makanan berbeda. Perbedaan utama dalam model bisnis keduanya, antara lain terkait skala, kepemilikan toko, dan branding.
Meskipun didirikan 20 tahun setelah Dunkin Donuts, Starbucks tumbuh lebih agresif. Perusahaan gerai kopi ini mencatat pendapatan lebih dari US$ 26 miliar setahun, sementara pendapatan tahunan Dunkin Brands berada di bawahnya atau sekitar US$ 1,5 miliar.
Starbucks memiliki jaringan gerai lebih besar, dengan lebih dari 30.000 lokasi di seluruh dunia, dibandingkan dengan 11.300 lokasi Dunkin Brands. Di AS, Starbucks memimpin dengan mencakup sekitar 15.000 lokasi dibandingkan Dunkin dengan hampir 8.500 lokasi.
Tak hanya itu, Starbucks juga berkembang di luar AS. Sementara Dunkin Brands ekspansi di pasar internasional lebih substansial, dengan lebih banyak gerai internasional berupa gerai es krim Baskin-Robbins dibanding Dunkin Donuts.
Pendapatan internasional gerai donut ini hanya menyumbang sebagian kecil dari total penjualan, sementara lebih dari 25% pendapatan Starbucks dihasilkan di luar AS.
Perbedaan lain yang tampak menonjol juga terdapat dari segi merek. Starbucks mampu merek yang lebih premium daripada Dunkin 'Donuts. Starbucks menawarkan menu yang lebih luas dan kustomisasi produk lebih besar, seperti dengan menuliskan nama setiap pelanggan di sisi cangkir.
Perusahaan menawarkan lingkungan yang nyaman dan tenang dengan akses internet nirkabel gratis, mendorong pelanggan tetap bersosialisasi, bekerja, belajar, sambil mengonsumsi produk Starbucks . "Secara keseluruhan, faktor-faktor ini membentuk pengalaman yang lebih premium dan memiliki harga yang lebih tinggi," tulis Investopedia, dilansir Senin (2/11).
Namun, konsep bisnis ini juga membawa konsekuensi. Starbucks mengoperasikan tokonya sendiri, marginnya lebih ketat daripada Dunkin 'Donuts yang memiliki beban biaya modal yang lebih ramping.