Kominfo Temukan 30 Hoaks dan Disinformasi Terkait Kerusuhan 22 Mei
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menemukan ada 30 hoaks dan informasi yang salah atau disinformasi selama 22-24 Mei 2019. Mayoritas disinformasi dan hoaks terkait kerusuhan 22 Mei di Jakarta. Penyebaran hoaks seperti ini menjadi salah satu alasan Kominfo memutuskan untuk membatasi akses media sosial.
Dari jumlah tersebut, 17 di antaranya merupakan hoaks dan sisanya adalah disinformasi. “Kementerian Kominfo mendorong masyarakat untuk melaporkan konten terkait aksi kerusuhan (22 Mei) di Jakarta melalui aduankonten.id,” ujar Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo Ferdinandus Setu, kemarin (25/5).
Hoaks yang beredar seperti adanya unggahan di Facebook, bahwa pengumuman Komisi Pemilihan Umum (KPU) senyap-senyap. Padahal, KPU sudah membantah pernyataan Calon Presiden (Capres) nomor urut 02 Prabowo Subianto yang menilai hasil rekapitulasi diumumkan secara senyap.
(Baca: Pembatasan Dicabut, Akses Media Sosial Kembali Normal)
Lalu, ada pula hoaks berupa unggahan foto di Facebook yang memuat gambar anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) memakai kaus kaki Brimob. Foto tersebut diberi narasi bahwa anggota TNI tersebut adalah pasukan Brimob yang sedang menyamar. Faktanya, laki-laki pada foto tersebut memang anggota Marinir TNI Angkatan Laut (AL).
Hoaks lainnya, unggahan video situasi di suatu Masjid di daerah Tanah Abang. Video itu diberi narasi bahwa Polisi menembaki demonstran yang berada di dalam Masjid, saat kerusuhan 22 Mei. Faktanya, suara tembakan yang terdengar di video tersebut berasal dari sekitar Masjid.
Ada juga hoaks berupa unggahan video yang memuat tentang ditemukannya selongsong peluru senjata api yang digunakan oleh aparat polisi untuk menembak demonstran. Padahal, Polri sudah menegaskan bahwa anggotanya yang bertugas melakukan pengamanan di depan KPU pada 22 Mei 2019 hanya dibekali tameng dan gas air mata.
(Baca: TNI Bantah Oknumnya Jadi Provokator dalam Video di Masjid Petamburan)
Kominfo juga menemukan hoaks yang berisi pernyataan Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto, bahwa demonstran menjadi sarana latihan berburu bagi TNI dan Polri. Faktanya,Wiranto tidak pernah menyampaikan pernyataan seperti itu.
Selain itu, beredar hoaks berupa foto yang memuat gambar anggota polisi dengan mata sipit yang dituding bukan Warga Negara Indonesia (WNI). Beredar tuduhan bahwa polisi itu dari Tiongkok. Padahal, pemilik akun Facebook bernama Diana leni sudah mengonfirmasi bahwa laki-laki yang ada di foto tersebut adalah kerabatnya.
Kominfo juga menemukan adanya disinformasi terkait kerusuhan 22 Mei di Jakarta. Salah satunya, informasi yang salah terkait pernyataan Kapolri Jenderal Tito Karnavian bahwa masyarakat boleh ditembak. Dalam video yang asli, Tito menyampaikan bahwa masyarakat yang dimaksud adalah anggota geng motor yang membawa senjata tajam untuk membunuh.
(Baca: Rudiantara Imbau Masyarakat Tidak Menggunakan VPN Gratis)
Ada juga disinformasi yang menyebutkan bahwa kantor Forum Pembela Islam (FPI) Petamburan diserang menggunakan gas air mata, peluru karet, dan peluru asli. Padahal, polisi tidak dibekali peluru tajam dalam pengamanan aksi 22 Mei di Jakarta.
Dari 30 temuan hoaks dan disinformasi tersebut, tidak semua terkait kerusuhan 22 Mei di Jakarta. Misalnya, hoaks bahwa proyek One Belt One Road (OBOR) akan dijual ke Tiongkok. Ada juga hoaks bahwa Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membentuk tentara Islam dan mengajak TNI untuk masuk.
(Baca: Lembaga Konsumen Persoalkan Pembatasan Media Sosial Langgar Hak Publik)