Hadiri KTT ASEAN, Jokowi Ungkap Tantangan Tangani Corona dan Dampaknya
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT ASEAN ke-36 secara virtual, hari ini (26/6). Dalam acara itu, Jokowi mengungkapkan tantangan dalam menangani pandemi corona, yang dihadapi negara-negara di wilayah ini.
Selain karena belum adanya vaksin, tantangan menjadi semakin berat karena situasi global yang sangat dinamis. Ini tecermin dari meningkatnya persaingan antarnegara besar dan pesimisme terhadap multilateralisme.
“Presiden juga mengatakan, rules based order semakin banyak dilanggar,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi usai mendampingi Jokowi menghadiri KTT ASEAN Ke-36 secara virtual.
(Baca: Jokowi Minta Masyarakat Sadar RI Tengah Hadapi Krisis Kesehatan)
Imbas kondisi tersebut, Jokowi menyampaikan bahwa peran ASEAN menjadi penting dalam menavigasi perubahan yang terjadi. ASEAN memiliki fondasi cukup kuat yang telah dibangun selama lima dekade untuk bisa memainkan perannya.
Jokowi juga menekankan pentingnya penguatan kerja sama dalam rangka pemulihan ekonomi di antara negara-negara ASEAN. Apalagi, IMF merevisi pertumbuhan ekonomi dunia dari -3% menjadi -4,9% pada Rabu (24/6) lalu.
“Presiden Indonesia menyampaikan pentingnya seluruh negara ASEAN bekerja lebih keras agar ekonomi di wilayah ini dan kawasan dapat tumbuh kembali, secara lebih cepat,” kata Retno.
(Baca: Pengelolaan Data Makin Baik, Jokowi Optimistis Bisa Tangani Corona)
Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ASEAN, Jokowi menekankan pentingnya menghidupkan kembali konektivitas barang, jasa, dan pelaku usaha secepat mungkin. Atas dasar itu, ASEAN perlu mengatur Asean Travel Corridor secara hati-hati, terukur, dan bertahap berdasarkan protokol kesehatan yang ketat.
Selain untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, Asean Travel Corridor dapat menunjukkan arti strategis di kawasan maupun dunia internasional. “Hendaknya para pemimpin ASEAN segera menugaskan para menteri untuk mulai membahas Asean Travel Corridor ini,” kata Retno.
Jokowi menekankan pentingnya konektivitas digital, terutama untuk memfasilitasi kegiatan e-commerce, e-health, e-learning, dan perluasan akses bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Ia juga mengungkapkan pentingnya penandatanganan RCEP pada tahun ini.
Sebab, RCEP memiliki arti strategis bagi upaya pemulihan ekonomi ASEAN. “Ini merupakan momentum bagi penguatan resiliensi ekonomi di kawasan pasca-Covid-19,” kata Retno.
(Baca: Jokowi: Kasus Masih Meningkat, Ancaman Virus Corona Belum Berakhir)
Lebih lanjut, Retno mengatakan bahwa Jokowi menekankan pentingnya penguatan kerja sama di kawasan regional dalam menghadapi pesimisme terhadap multilateralisme. Kerja sama ini akan mampu mengembalikan harapan terhadap multilateralisme yang efektif, efisien, dan berkeadilan.
Kerja sama ASEAN juga dapat menjadi mesin penggerak bagi stabilitas dan perdamaian kawasan di era normal baru (new normal). “ASEAN harus menjadi guardian agar kawasan kita tidak menjadi ajang power projection negara-negara besar,” ujar Retno.
Jokowi pun menilai, ASEAN harus menjadi subjek di dalam politik global. Oleh karena itu, ASEAN harus memperkuat persatuan dan netralitasnya.
Dalam konteks kerja sama regional, Jokowi menggarisbawahi pentingnya upaya penguatan Asean Outlook on the Indopacific. “Yang mengedepankan inklusivitas kerja sama rules based order dan confidence building,” kata Retno.
(Baca: Jokowi: Banyuwangi Daerah Paling Siap Terapkan Normal Baru Pariwisata)