Pendukung Trump Ajak Migrasi dari Twitter-Facebook ke Medsos Parler

Fahmi Ahmad Burhan
29 Juni 2020, 12:30
Pendukung Trump Ajak Migrasi dari Twitter-Facebook ke Medsos Parler
ANTARA FOTO/REUTERS/Leah Millis/aww/cf
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendengarkan tepuk tangan setelah menandatangani perintah eksekutif tentang reformasi polisi dalam sebuah upacara di Rose Garden di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, Selasa (16/6/2020).

Hubungan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan perusahaan teknologi terus memburuk sejak kasus kematian warga kulit hitam, George Floyd. Para pendukungnya pun mengajak warga beralih dari platform media sosial seperti Facebook dan Twitter ke Parler.

Parler merupakan perusahaan asal Negeri Paman Sam. Para pendukung Trump menilai, platform yang diluncurkan 2018 ini, menekankan pada kebebasan berpendapat.

Oleh karena itu, tiga politisi dari partai Republik yang bergabung ke Parler minggu ini yakni Partai Republik Jim Jordan, Elise Stefanik dan Nikki Haley. Lalu, Senator Ted Cruz dari Texas masuk sejak awal Juni dan Devin Nunes dari California pada Februari.

Alhasil, aplikasi Parler diunduh 100 ribu kali selama pekan lalu. Aplikasi ini bahkan menduduki peringkat kedua di App Store.

(Baca: Dianggap ‘Perilaku Kasar’, Twitter Sembunyikan Lagi Cuitan Trump)

Senator Rand Paul dari Kentucky bahkan menjadi anggota sejak 2018. "Sudah saatnya kalian bergabung dengan saya di @parler_app," kata Paul melalui akun Twitter-nya @RandPaul, dikutip dari CNBC Internasional, kemarin (28/6).

Manajer kampanye Trump Brad Parscale juga bergabung dengan Parler sejak 2018. "Hey @twitter, hari-hari Anda sudah ditentukan," kata Brad melalui akun Twitter-nya @parscale.

Putra Donald Trump, Eric Trump dan istrinya, Lara, bergabung pada hari yang sama pada Mei lalu. (Baca: Twitter Sembunyikan Kicauan Trump soal Pembunuhan George Floyd)

Berdasarkan data Sensor Tower, unduhan Parler meningkat 246% pekan lalu dibandingkan minggu sebelumnya. Data Apptopia mencatat, jumlah unduhannya mencapai 40 ribu kali dalam 24 jam, atau merupakan yang terbesar, pada Rabu (24/6) lalu.

The Wall Street Journal melaporkan, pemerintahan Trump memang sedang mencari alternatif Facebook dan Twitter. Ini karena mereka khawatir ada lebih banyak konten yang diblokir ketika masa kampanye Pemilu AS semakin memanas.

Sama seperti Twitter dan Facebook, aplikasi Parler memungkinkan pengguna berbagi komentar, foto, dan berita kepada pengikutnya. Sejak diluncurkan pada 2018, Parler telah diunduh 1 juta kali.

(Baca: Cek Fakta Cuitan Trump, Bos Twitter Sebut Tak Berupaya Jadi 'Wasit')

Jumlahnya memang lebih kecil dibandingkan dengan Twitter 50 juta pengguna di AS dan Facebook 175 juta unduhan. Namun, Parler mengusung kebebasan berekspresi di platform.

"Tidak akan ada pemeriksa fakta. Anda tidak akan diberi tahu apa yang harus dipikirkan dan apa yang harus dikatakan. Seorang petugas polisi tidak akan menangkap Anda jika Anda mengatakan pendapat yang salah," kata CEO Parler John Matze dikutip dari Forbes. "Saya pikir hanya itu yang diinginkan semua orang.  Itu yang mereka sukai".

Oleh karena itu, aplikasi Parler dianggap tepat oleh para pendukung Trump. Apalagi, unggahan Trump beberapa kali disembunyikan, bahkan dihapus. Twitter salah satu yang memberikan ‘sanksi’ atas cuitan presiden AS itu.

(Baca: Dianggap Terkait Simbol Nazi, Facebook Hapus Iklan Kampanye Trump)

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...