Riset: 41,6% UMKM Berjualan di Tokopedia karena Pendapatan Anjlok
Riset dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) menunjukkan, 41,6% Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) berjualan di Tokopedia karena kehilangan pendapatan saat pandemi corona. Penghasilan mayoritas yang bergabung juga meningkat 133%.
Kepala LPEM FEB UI Riatu Mariatul Qibthiyyah mengatakan, penjualan online menjadi penyelamat bagi UMKM saat pandemi Covid-19. "UMKM jadi bisa bertahan," ujarnya saat konferensi pers virtual, Rabu (24/3).
Berdasarkan riset tersebut, 41,6% dari 11.567 responden yang merupakan mitra penjual Tokopedia, bergabung di e-commerce karena kehilangan pendapatan saat pandemi. Sebanyak 31% mengatakan pemasukan bisnis offline mereka berkurang.
Responden lainnya memilih berjualan di e-commerce, karena fleksibilitas waktu, risiko lebih kecil, dan berhenti dari pekerjaan saat pandemi. Di satu sisi, 68,6% dari responden merupakan pencari nafkah tunggal di keluarga.
Riatu mengatakan, masyarakat yang mengandalkan platform e-commerce untuk menghasilkan pendapatan mayoritas ibu rumah tangga. Selain itu, pelajar, wirausaha tanpa karyawan hingga pekerja lepas.
Berdasarkan riset tersebut, tujuh dari 10 pelaku usaha di Tokopedia mengalami kenaikan volume penjualan dengan median 133%. Peningkatan transaksi UMKM ini paling banyak terjadi di luar Pulau Jawa.
"Peningkatan di Nusa Tenggara Barat (NTB) paling tinggi yakni 144%. Kemudian Sulawesi Tengah 73,4% dan Sulawesi Selatan 73,3%," ujar Riatu.
Lebih rinci lagi, pedagang yang menjual produk kesehatan mengalami peningkatan transaksi paling besar selama pandemi, yakni 154%. Sedangkan transaksi penjual makanan dan minuman naik 106%. Lalu elektronik 24,1%.
Menurut Riatu, peningkatan transaksi UMKM di platform e-commerce karena pola konsumsi masyarakat yang berubah saat pandemi corona. Banyak konsumen beralih ke layanan digital, termasuk e-commerce.
Sebanyak 71% dari 9.259 responden yang merupakan konsumen Tokopedia mengatakan, pengeluaran meningkat saat pandemi Covid-19.
Alasan mereka berbelanja di e-commerce yakni karena promosi, harga murah, lebih banyak waktu luang, dan menghindari kontak agar terhindar dari penularan virus corona.
Riset LPEM FEB UI dan Tokopedia itu dilakukan dengan metode survei kepada 20.826 responden yang merupakan penjual dan konsumen. Survei dilakukan selama 3 Maret hingga 31 Agustus 2020.
Tokopedia mencatatkan jumlah pengguna aktif bulanan melonjak dari 90 juta lebih pada awal 2020 menjadi 100 juta akhir tahun lalu. "Adopsi penggunaan platform digital terus meningkat," ujar Direktur Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah Tokopedia Astri Wahyuni.
Tokopedia juga telah menggaet sekitar 2,8 juta mitra UMKM baru yang bergabung di platform pada 2020. Saat ini, total mitra penjual lebih dari 10 juta.
Memahami banyaknya pelaku usaha yang beralih ke digital saat pandemi, Tokopedia pun menggelar beberapa inisiatif. Salah satunya, kampanye #SatuDalamKopi dengan menggaet lebih dari 1.000 pengusaha kopi.
Unicorn itu mengklaim, pendapatan pedagang naik 2,5 kali lipat lebih setelah berpartisipasi.
Lalu, membuat fitur Tokopedia Nyam untuk penjual makanan. Jumlah pedagang dan transaksinya diklaim meningkat tiga kali lipat selama pandemi corona.
Kemudian, startup jumbo itu berkolaborasi dengan pemerintah daerah (pemda) untuk mengakuisisi lebih dari 2.000 penjual baru lewat inisiatif Bangga Buatan Indonesia (BBI).