Kriteria Pekerja dan Talenta Digital yang Jadi Incaran Startup

Fahmi Ahmad Burhan
6 April 2021, 16:19
Kriteria Pekerja dan talenta digital yang Dibutuhkan oleh Startup
123RF.com
Ilustrasi startup. Ada beberapa kriteria talenta digital yang dibutuhkan startup

Perkembangan startup dan banyaknya raksasa teknologi global yang masuk ke Indonesia membuat kebutuhan talenta digital melonjak. Meski begitu, perusahaan rintisan tetap mempertimbangkan beberapa kriteria bagi pekerja.

Mantan petinggi Gojek Alamanda Shantika mengatakan, keahlian teknis yang dibutuhkan oleh startup yakni pemrograman, analisis data, pengembang perangkat lunak (software) dan lainnya. Namun, perusahaan juga mencari talenta digital yang mampu berinovasi.

"Inovasi diperlukan karena, di dunia startup, talenta digital harus memecahkan masalah yang bermunculan," kata pendiri Binar Academy itu dalam acara Next Gen Summit 2021, Selasa (6/4).

Pekerja harus dapat mendeteksi masalah. Lalu berpikir rasional mengenai inovasi untuk mengatasi persoalan itu.

Talenta digital juga dituntut mempunyai daya tahan tinggi terhadap tekanan di dunia startup. "Dituntut resilience dan belajar dengan cepat," kata dia.

Sebab, proses bisnis startup berjalan sangat dinamis. Alhasil, banyak terjadi rotasi tenaga digital untuk mengatasi berbagai persoalan yang muncul.

Sedangkan Guru Besar Manajemen UI Rhenald Kasali menilai, talenta digital perlu pandai berkolaborasi. "Dia tidak bisa jago sendiri. Engage dengan orang lain," katanya.

Laporan Monk’s Hill Ventures dan Glints bertajuk ‘The Southeast Asia Tech Talent Compensation Report’ menunjukkan, terjadi perebutan talenta digital antara startup di Indonesia, Singapura, dan Vietnam dengan raksasa global. Di Singapura, pengembang TikTok yakni ByteDance, Tencent, Alibaba, Zoom, Facebook, dan Twitter membangun kantor dan meningkatkan investasinya pada 2020.

Di Indonesia, perusahaan komputasi awan (cloud) skala global seperti Amazon Web Services (AWS), Google Cloud, hingga Alibaba membangun pusat data alias data center. Ini kemudian memicu persaingan ketat untuk mendapatkan talenta digital.

“Ada krisis bakat secara regional, terutama di Singapura, untuk engineer dan manajer produk,” demikian isi laporan tersebut, dikutip akhir bulan lalu (30/3).

Bahkan, perusahaan teknologi AS dan Tiongkok cenderung membayar gaji talenta digital di atas harga pasar. “Dalam beberapa kasus, menulis ‘cek kosong’ untuk karyawan berkinerja tinggi."

Alhasil, gaji pekerja di industri ini tinggi. Engineer, manajemen produk, dan data science mendapatkan gaji awal paling tinggi di Asia Tenggara. Setidaknya, “54% lebih besar ketimbang karyawan di divisi non-teknis,” demikian isi laporan.

Studi tersebut menyoroti gaji talenta digital di Singapura, Indonesia, dan Vietnam. Riset ini mengacu pada data kompensasi dari basis data Glints, serta mensurvei perekrut senior dan pendiri startup di Asia Tenggara.

Monk’s Hill Ventures dan Glints mencatat, startup lokal mencari cara baru untuk menarik bakat selain menawarkan kompensasi yang kompetitif. Berdasarkan laporan, mayoritas pendiri mengatakan kunci untuk mengalahkan persaingan yakni menunjukkan budaya dan kepemimpinan perusahaan.

“Jika memposisikan diri melawan Facebook atau Stripe, dan bersaing hanya berdasarkan kompensasi, kami tidak akan pernah menang,” kata salah satu pendiri sekaligus CEO Glints Oswald Yeo dikutip dari laporan.“Jika memilih untuk bersaing dalam visi dan misi, di sinilah kami dapat menonjol.”

Selain itu, pandemi corona secara tidak langsung membantu perusahaan rintisan lokal mengatasi persoalan ini. Bekerja jarak jauh memungkinkan startup merekrut talenta dari negara lain.

Sedangkan di Indonesia, pemerintah mendorong raksasa teknologi yang masuk untuk memberikan pelatihan. Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat menyampaikan, pasar Indonesia sangat besar dan menjanjikan. Ini karena jumlah penduduk yang banyak dan penetrasi internet yang terus tumbuh.

Nilai ekonomi digital di Indonesia dan transaksi per sektor
Nilai ekonomi digital di Indonesia dan transaksi per sektor (Google, Temasek, dan Bain and Company: e-Conomy 2020)

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...