Teknologi 5G Dinilai Ancam Bisnis WhatsApp hingga WeChat
Indonesia mulai menerapkan jaringan internet generasi kelima alias 5G sejak Kamis (27/5). Teknologi ini dinilai bisa mengancam platform percakapan seperti WhatsApp, WeChat, Telegram hingga Signal.
Di Tanah Air, jaringan internet 5G tersedia terbatas di enam lokasi di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), serta Grapari di beberapa kota. “Peluncuran ini merupakan tahap awal dari pengembangan produk dan layanan Telkomsel 5G yang masih akan terus berjalan,” kata Direktur Utama Telkomsel Setyanto Hantoro dalam siaran pers, Kamis (27/5).
Dalam situs Telkomsel, anak usaha Telkom itu menargetkan seluruh pelanggan di Tanah Air bisa menikmati layanan 5G hingga akhir tahun ini. “Komitmen kami selanjutnya yakni menghadirkan layanan Telkomsel 5G untuk seluruh elemen bangsa,” ujar Setyanto.
Chief Scientist of Virtualization ZTE Tu Jianshun menilai, 5G akan mengubah cara pengguna berkomunikasi. Saat ini, sebagian besar percakapan online dilakukan melalui aplikasi seperti WhatsApp, Facebook Messenger atau WeChat.
Ia mengatakan, 5G bakal menghadirkan aplikasi pesan multimedia asli perangkat. Ia mencontohkan Tiongkok yang mulai mengembangkan sistem pengiriman pesan berbasis 5G.
“Ini diperkirakan meluncur secara komersial tahun ini,” kata Jianshun dikutip dari Mobile Industry Eye, pertengahan tahun lalu (24/6/2020). Beberapa operator pun mulai mengembangkan platform itu bulan ini.
Platform perpesanan 5G seperti SMS, namun lebih canggih. Aplikasi ini mampu mengirim konten media seperti gambar, video, lokasi, dan file berkualitas tinggi.
Namun, pengguna tidak perlu mendaftar untuk mengakses layanannya. Semuanya ditangani oleh infrastruktur jaringan yang ada.
Perpesanan 5G didasarkan pada enkripsi keamanan kartu SIM dan dipaketkan dengan nomor telepon pengguna. Artinya, untuk mengirim atau menerima pesan 5G, pengguna tidak perlu mendaftar ke platform lain.
Platform tersebut kompatibel dengan infrastruktur jaringan yang ada, sehingga dapat sepenuhnya digabungkan dengan aplikasi SMS. Selain itu, dapat menggunakan jaringan 2G, 3G maupun 4G. “Singkatnya, siapa pun yang memiliki ponsel dapat menerima pesan 5G,” katanya.
Jianshun menyampaikan, platform perpesanan 5G berbeda dengan aplikasi seperti WeChat maupun WhatsApp. “Kenapa? Perpesanan 5G lebih kredibel, mudah diakses, dan aman,” ujar dia.
Ia menilai, perpesanan 5G akan menjadi Rich Communication Service (RCS). Artinya, memberikan semua kemampuan, fungsi, dan kemudahan penggunaan layanan over the top (OTT) seperti WhatsApp, tanpa perlu mengunduh atau berlangganan aplikasi baru.
Di satu sisi, RCS berjuang untuk benar-benar lepas landas meskipun telah ada sejak 2000-an. Kini, kehadiran 5G dinilai bakal memberikan kehidupan baru bagi teknologi RCS.
Beberapa ahli dan penelitian memperkirakan bahwa pasar RCS berkembang dari US$ 1,9 miliar pada 2019 menjadi US$ 3,9 miliar lima tahun ke depan. Artinya, tingkat pertumbuhan tahunan sekitar 15%.
“Memang, operator besar dunia, termasuk ATT, T-Mobile, dan Jio, semuanya menggunakan RCS sebagai sistem perpesanan generasi berikutnya,” kata dia.
Ia menjelaskan, RCS bergantung pada perangkat dan operator. Sistem memungkinkan operator menerima komunikasi tingkat lanjut yang mengarah ke kecepatan yang lebih tinggi dan pengalaman pengguna yang superior, jika dibandingkan dengan SMS.
RCS berupa perpesanan 5G akan membuat komunikasi modern dapat diakses oleh masyarakat di perdesaan hingga yang orang tua yang kesulitan menggunakan aplikasi canggih.
Bahkan, perpesanan 5G dinilai bakal membantu komunikasi darurat. “Setelah beberapa skenario bencana, komunikasi antar-daerah yang terkena bencana dan mereka yang dapat membantu, akan meningkat secara dramatis,” ujar Jianshun.