Startup Evermos Catat Tambah Penghasilan Reseller saat Pandemi
Startup social commerce berbasis syariah, Evermos mencatatkan peningkatan jumlah pengecer atau reseller di platform 20% per bulan selama pandemi corona. Perusahaan mengklaim, mereka rerata mendapatkan Rp 2,5 juta setiap bulan.
Berdasarkan laporan McKinsey, social commerce adalah platform yang memfasilitasi jual-beli produk melalui media sosial. Sedangkan e-commerce memfasilitasi transaksi, termasuk pembayaran dan pengiriman.
Co-Founder Evermos Ghufron Mustaqim menilai, peningkatan jumlah reseller saat Covid-19, karena banyak yang ingin mendapatkan penghasilan tambahan. “Penghasilan mereka turun, menganggur, atau terkena pemutusan hubungan kerja (PHK)," katanya saat konferensi pers virtual, Rabu (16/6).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ada 29,12 juta angkatan kerja yang terkena dampak Covid-19 pada tahun lalu. Sebanyak 2,56 juta di antaranya menjadi pengangguran.
Lalu 760 ribu menjadi bukan angkatan kerja. Kemudian, 1,77 juta orang tidak bekerja sementara atau dirumahkan.
Ghufron menilai, menjadi reseller merupakan salah satu solusi agar masyarakat bisa mendapatkan penghasilan. "Mereka bisa berbisnis tanpa modal," ujar dia.
Evermos memfasilitasi masyarakat yang ingin menjadi reseller dan berjualan secara online. Produk yang dijual di media sosial lewat platform Evermos yakni hijab, pakaian muslim, buku, dan lainnya.
"Data internal, top 20% reseller dapat penghasilan dan komisi Rp 2,5 juta per bulan," ujarnya.
Hingga kini, Evermos memfasilitasi sekitar 75 ribu reseller di Indonesia. Sebanyak 75% di antaranya berada di Jawa dan 18% di Sumatera.
Evermos menargetkan satu juta reseller dalam lima tahun ke depan. Untuk itu, perusahaan menambah berbagai layanan dan memberikan pelatihan. "Ada tim pelatihan yang berikan pendampingan agar menjadi reseller profesional," ujarnya.
Perusahaan juga menggaet 500 brand lokal, dan ditarget 10 ribu dalam lima tahun. Evermos mengklaim, mereka bisa meningkatkan omzet 10%-20% setelah bergabung.
Investment Associate Jungle Ventures Karissa Adelaide menilai, Evermos mempunyai potensi pertumbuhan besar. "Mayoritas masyarakat Indonesia ini muslim. Itu juga alasan kenapa kami berinvestasi di Evermos," katanya.
Jungle Ventures memberikan pendanaan seri A US$ 8,2 juta atau sekitar Rp 115,1 miliar kepada Evermos pada 2019. Investor lain yang terlibat yakni Shunwei Capital dan investor terdahulunya (existing investor) Alpha JWC.
Dalam laporan McKinsey berjudul ‘The Digital Archipelago: How Online Commerce is Driving Indonesia’s Economic Development’ pada 2018, potensi penjualan di social commerce diramal mencapai US$ 25 miliar. Proyeksi ini belum menghitung dampak pandemi virus corona.
Sedangkan Facebook dan Bain and Company memperkirakan, nilai transaksi belanja online di Indonesia hampir US$ 72 miliar atau sekitar Rp 1.047,6 triliun pada 2025. Angka ini melonjak dibandingkan proyeksi awal US$ 48 miliar, karena pandemi.