Nilai Investasi Fintech Urun Dana Bizhare Meroket 2.000% dalam 2 Bulan
Startup teknologi finansial (fintech) urun dana atau crowdfunding Bizhare mencatat, nilai investasi melonjak 21 kali lipat atau 2.000% dalam dua bulan. Jumlah investor juga meningkat 364%.
CEO Bizhare Heinrich Vincent mengatakan, lonjakan nilai investasi terjadi selama Mei - Juli. Total investasi fintech urun dana ini Rp 50,6 miliar.
Sejak awal tahun hingga Agustus, jumlah investor aktif melonjak 364%. Sedangkan jumlah investor terdaftar tumbuh 166%.
Hingga saat ini, total ada 61.122 investor terdaftar di Bizhare. "Ini membuktikan, saat pandemi corona, minat masyarakat berinvestasi sangat tinggi," kata Vincent saat konferensi pers virtual, Rabu (22/9).
Ia menilai, setidaknya ada tiga alasan jumlah investor dan nilai investasi meningkat, sebagai berikut:
1. Fintech urun dana menjadi alternatif investasi
Investasi dengan skema urun dana bisa menjadi alternatif selain reksa dana, saham maupun menjadi pemberi pinjaman (lender) ritel di fintech lending. "Kami ajak budaya gotong royong, investasi patungan mulai dari Rp 50 ribu ke berbagai bisnis terkemuka," kata Vincent.
2. Terdorong lonjakan investor ritel, terutama dari kalangan millenial
Bank Indonesia (BI) mencatat, umlah investor ritel Indonesia 5,6 juta per Juni. Angka ini melonjak 125% dibandingkan 2019 yang hanya 2,5 juta.
Namun BI mencatat, kontribusi investor milenial baru 50% dari total investor Tanah Air. Bank sentral menilai, porsinya bisa lebih besar jika merujuk pada jumlah penduduk muda di Nusantara.
3. Daya tarik Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang disasar
Fintech urun dana seperti Bizhare menyasar UMKM di sektor waralaba atau franchise. "Kerja sama kami dengan brand kuliner, membantu pendanaan bagi sektor waralaba," katanya.
Rata-rata deviden dari UMKM yang mendapatkan pendanaan yakni 12% - 72%. Menurut dia, ini cukup besar.
Bizhare memfasilitasi pendanaan kepada 57 bisnis, mulai dari ritel, waralaba hingga energi. Tahun depan, fintech ini menargetkan pendanaan kepada 2.000 bisnis.
Chief Financial Officer Bizhare Gatot Adhi Wibowo mengatakan, Bizhare menyiapkan sejumlah strategi untuk mencapai target tersebut. Rinciannya yakni:
1. Menyasar sektor ritel dan pangan
Gatot menilai, UMKM di kedua sektor ini mampu bertahan di tengah pandemi corona. Selain itu, “menciptakan banyak lapangan kerja,” ujar dia.
2. Menyasar pangsa pasar syariah
Bizhare membuat aplikasi Bizhare Syariah. Ini menawarkan produk pendanaan dengan persyaratan dan skema syariah, seperti barang UMKM yang dibiayai halal atau sedikit utang kepada bank konvensional.
Menurut Gatot, pasar syariah potensinya besar. Sejauh ini, penerbit atau bisnis yang mendaftar di skema syariah pun meningkat.
Gatot mencatat, ada sekitar Rp 2,4 triliun kebutuhan pendanaan calon penerbit khusus berbasis syariah.
3. Gencar bekerja sama dengan berbagai ekosistem.
Mitra yang diajak kerja sama mulai dari industri keuangan, lembaga pendidikan hingga pemerintah daerah (pemda).
Di Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan Peraturan OJK (POJK) Nomor 57/POJK.04/2020 tentang Penawaran Umum Efek Melalui Layanan Urun Dana Berbasis Teknologi Informasi. Ini dikenal Securities Crowfunding (SCF).
Melalui konsep penawaran efek, mekanisme SCF dilakukan lewat aplikasi atau platform digital.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen mengatakan, ada lima penyelenggara di bisnis urun dana per Mei. Sedangkan jumlah penerbit atau pelaku UMKM yang memanfaatkan Equity Crowd Funding (ECF) meningkat 17,05% sejak awal tahun (year to date/ytd) menjadi 151.
Dana yang berhasil dihimpun juga meningkat 43,02% ytd menjadi Rp 273,47 miliar. Jumlah pemodal naik 49,06% menjadi 33.302 investor.
Sebelum POJK Nomor 57 terbit, operasional fintech urun dana diatur dalam POJK Nomor 37 Tahun 2018 tentang Layanan Urun Dana Melalui Penawaran Saham Berbasis Teknologi Informasi atau ECF.