Bank Digital Diramal Gencar Sasar E-Commerce, Bagaimana Nasib Fintech?
Ekonom senior yang tergabung dalam Indonesia Fintech Society (IFSoc) memperkirakan, bank digital semakin masif mengintegrasikan layanan dengan beragam ekosistem, terutama e-commerce dan pesan-antar makanan. Lalu, bagaimana nasib startup teknologi finansial (fintech)?
"Bank digital akan berusaha ada di ekosistem. Maka, bank digital itu menyasar satu grup yang punya e-commerce atau food delivery," kata Ketua Steering Committee IFsoc Mirza Adityaswara dalam konferensi pers virtual, Kamis (14/10).
Mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) itu memperkirakan, ada lima tren di industri bank digital hingga 2025, yakni:
- Menintegrasikan layanan dengan beragam ekosistem seperti e-commerce dan pesan-antar makanan
- Modern core banking atau bank digital akan berfokus pada pengembangan platform
- Bank digital akan berbasis pada rekomendasi dan advisory
- Open banking
- Berfokus pada strategi omni-channel
Meski begitu, menurutnya fintech dan bank digital sama-sama mempunyai pangsa pasar yang besar. Masih ada 51% kelompok masyarakat yang belum terakses layanan keuangan (unbanked) dan 26% yang tak maksimal (underbank).
Jadi, kemungkinan besar, baik fintech dan bank digital akan berkolaborasi meraup pangsa pasar sebesar itu. "Ini untuk meningkatkan inklusi keuangan," katanya.
Steering Committee IFsoc yang juga mantan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, fintech di Indonesia mengandalkan strategi hiper-personalisasi. Ini artinya, fintech bisa memahami kebutuhan personal pelanggan.
"Fintech pembayaran seperti GoPay, OVO, LinkAja, maupun di bidang investasi seperti Bareksa itu sudah top untuk hiper-personalisasi," ujar Rudiantara.
Oleh karena itu, menurutnya permintaan layanan fintech akan tetap tinggi meskipun muncul bank digital. "Fintech Indonesia masih menjadi pionir dalam digitalisasi layanan keuangan," katanya.
Sebelumnya, juru Bicara Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Andi Taufan Garuda Putra memperkirakan, fintech dan bank digital akan masif bekerja sama.
“Kami optimistis kolaborasi antara bank digital dan fintech lending tidak hanya menopang perekonomian Indonesia, tetapi juga dapat meningkatkan inklusi keuangan," kata Taufan kepada Katadata.co.id, pada Juni (15/6).
Bendahara Asosiasi Modal Ventura Seluruh Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani juga menyampaikan, kolaborasi baik fintech dan bank digital akan lebih menguntungkan keduanya.
Fintech lending misalnya, bisa menambah jumlah pemberi pinjaman (lender) institusi jika berkolaborasi dengan bank. Dengan begitu, jumlah penyaluran pinjaman mereka meningkat.
Edward juga menilai, kolaborasi dengan bank digital akan mendongkrak pendanaan bagi fintech. Laporan Scale PR pun menyebutkan, fintech merupakan salah satu sektor yang banyak dilirik oleh investor sejak awal tahun.
Jumlah startup Indonesia yang meraih pendanaan per kuartal II tumbuh 40,5% dibandingkan periode sama tahun lalu (year on year/yoy) dari 74 menjadi 104. Angka ini meningkat 53% dibandingkan semester I 2019.
Sedangkan, jumlah startup yang mendapatkan pendanaan itu didominasi oleh fintech. Total ada 30 perusahaan rintisan di sektor fintech yang meraih investasi.
Beberapa fintech yang meraih pendanaan pada semester I yakni Bibit, Ajaib, Bizhare, Akulaku, OY! Indonesia, dan banyak lagi.
Bagi bank digital, kolaborasi dengan fintech lending akan menambah basis pelanggan. "Jadi sangat komplimen antara kedua pihak," kata Edward.