Startup Yogyakarta, Arutala Percepat Implementasi Metaverse di RI
Negara maju seperti Amerika Serikat (AS), Cina, dan Korea Selatan mulai merambah teknologi metaverse. Di Indonesia, startup Arutala dinilai mempercepat implementasi dunia virtual.
Perusahaan rintisan berbasis teknologi virtual reality (VR) dan augmented reality (AR) itu berkomitmen untuk terus berinovasi, mempercepat, dan memperluas implementasi metaverse di Indonesia.
Sepanjang tahun lalu, Arutala berfokus pada kolaborasi VR dan AR di industri teknologi kesehatan, pertambangan, dan alat berat. Perusahaan yang berkantor pusat di Yogyakarta ini berhasil mengembangkan produk-produk inovatif bagi berbagai perusahaan di dalam maupun luar negeri.
“Di Arutala, salah satu nilai yang kami kembangkan adalah teknologi dapat memberikan solusi di berbagai lini sektor kehidupan, salah satunya pelatihan bersifat high risk dan high cost," ujar CEO Arutala Indra Haryadi dalam keterangan pers, dikutip dari Antara, Selasa (4/1).
Indra mengatakan, setelah melakukan riset dan mengamati pola kebutuhan klien, ia berkesimpulan bahwa pelatihan yang paling relevan dengan tantangan saat ini yaitu di bidang medical dan engineering base.
"Dengan menciptakan ruang baru melalui teknologi VR dan AR, kami dapat menekan angka risiko dan biaya pelatihan di kedua sektor tersebut untuk mencapai hasil yang optimal. Sektor kesehatan berisiko tinggi bagi pelatihan tenaga kesehatan sejak pandemi Covid-19,” ujar Indra.
Indra mencontohkan, salah satu kendala pelatihan calon tenaga kesehatan saat pandemi corona yakni memandikan pasien secara langsung di rumah sakit. Dengan menggunakan VR, risiko penularan dapat ditekan karena pelatihan tidak harus dilakukan di rumah sakit.
“Alih-alih harus pergi ke rumah sakit, kami menghadirkan rumah sakit kepada para tenaga kesehatan untuk kemudahan praktikum. Tentu hal ini dapat meningkatkan efisiensi pelatihan melalui apa yang kami sebut teknologi VR dan AR,” katanya.
Hingga saat ini, Arutala menawarkan beberapa solusi unggulan di antaranya VR, AR, MR, PC Simulator hingga 360° Video. Startup yang berdiri pada 2019 ini memiliki tujuh mitra institusi pendidikan dari tingkat SMK hingga perguruan tinggi dan lebih dari 25 pengembangan produk.
Tahun lalu, Arutala resmi bergabung dalam program Oculus Independent Software Vendor (ISV). Oculus merupakan anak perusahaan dari Meta yang membuat dan mengembangkan produk alat VR seperti Oculus Quest, Oculus Rift, dan Oculus Go.
Melalui kerja sama tersebut, Arutala memiliki peluang untuk berkolaborasi langsung dengan tim dari Oculus. Ini dinilai dapat membantu adopsi VR di Indonesia maupun kawasan Asia Pasifik.
Meski berfokus pada tiga sektor pelatihan, Arutala membuka peluang untuk mengembangkan di sektor lainnya. Beberapa teknologi pengembangan lainnya di antaranya drone passenger VR untuk Frogs Indonesia, virtual store VR untuk Ecodoe, automotive virtual web, Gamelan VR hingga Artda.
Artda adalah lagu dan tarian nasional anak-anak dalam bentuk AR. Ini hasil kolaborasi dengan Lab Sarisworo yang didukung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Indra menyampaikan, Arutala memiliki beberapa misi ke depan, yakni:
- Menjadi mitra digitalisasi akademik dan vokasi terutama di tingkat SMK dan perguruan tinggi
- Menjadi pionir pengembangan inovasi metaverse di Indonesia
- Menjadi mitra riset dan pengembangan di institusi pendidikan dan perusahaan, terutama dalam bidang kesehatan, pertambangan, dan alat berat
- Mengubah pelatihan yang sifatnya high cost, high risk
- Menjadi pelatihan yang affordable safe and provide maximum result, dengan teknologi imersif