Alibaba, Tencent, TikTok Sulit Genjot Pendapatan karena Tertekan Cina

Fahmi Ahmad Burhan
21 Januari 2022, 10:24
cina, tiktok, tencent, alibaba, raksasa teknologi
Unsplash/Solen Feyissa
Ilustrasi tampilan aplikasi TikTok

Induk TikTok, ByteDance mencatatkan pertumbuhan pendapatan 70% tahun lalu atau melambat dibandingkan 2020 100%. Hal senada dialami oleh raksasa teknologi Cina Tencent dan Alibaba.

Perusahaan teknologi Tiongkok itu meraup pendapatan sekitar US$ 58 miliar pada 2021. Nilainya lebih tinggi dibandingkan 2020 US$ 34,3 miliar, namun pertumbuhannya melambat.

Angka pendapatan itu diumumkan kepada sebagian karyawan dalam pertemuan internal. Dua orang yang mengetahui masalah ini mengatakan, perlambatan pertumbuhan pendapatan karena tekanan Beijing.

"Pertumbuhan yang lebih lambat pada 2021 dibandingkan tahun sebelumnya karena Cina memperketat regulasi," kata dua sumber tersebut dikutip dari Reuters, Kamis (20/1).

Tahun lalu, ByteDance menghadapi tekanan dari pemerintah Tiongkok. Beijing melalui Cyberspace Administration of China (CAC) misalnya, menerapkan aturan agar perusahaan teknologi seperti ByteDance yang mendirikan kantor pusat, pusat penelitian, dan pusat operasi di luar negeri, melapor ke regulator di Cina.

CAC juga mengeluarkan dua draf peraturan baru yang mewajibkan perusahaan teknologi seperti ByteDance meninjau keamanan data sebelum pencatatan saham perdana ke publik atau IPO di bursa luar negeri, termasuk di Hong Kong.

Alhasil, ByteDance gagal IPO tahun lalu. South China Morning Post (SCMP) melaporkan bahwa induk TikTok menunda pencatatan saham perdana hingga akhir 2022.

Yang terbaru, otoritas Cina meluncurkan peraturan baru terkait pengendalian algoritme di platform teknologi seperti TikTok. Aturan ini disusun oleh Administrasi Ruang Siber Cina (CAC), Kementerian Industri dan Teknologi Informasi Cina, Kementerian Keamanan Publik Cina, dan Badan Regulasi Pasar Cina (SAMR).

Regulasi yang terbit pada awal tahun ini (4/1), akan mulai berlaku pada 1 Maret.

CAC mengatakan, peraturan baru tersebut bertujuan mengendalikan algoritme pada aplikasi. Teknologi ini berfungsi merekomendasikan apa yang ingin konsumen baca, tonton, putar, dan beli secara online.

Melalui aturan baru itu, aplikasi yang mengandalkan algoritme seperti e-commerce Alibaba, video pendek TikTok, dan game Tencent akan diarahkan untuk lebih mempromosikan energi positif.

"TikTok hingga Tencent harus memberi ruang yang memungkinkan konsumen menolak rekomendasi yang dipersonalisasi," demikian dikutip dari SCMP, awal tahun ini (4/1).

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...