Dekoruma & Evermos Beri Tips Pendiri Startup B2B Lolos dari Kegagalan

Desy Setyowati
24 Mei 2022, 11:21
startup, startup gagal,
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/AWW.
Warga mengamati aplikasi-aplikasi startup yang dapat diunduh melalui telepon pintar di Jakarta, Selasa (26/10/2021).

Bos Dekoruma dan Evermos membagikan tips untuk mencapai product-market fit bagi startup di bidang business to business (B2B) maupun business to customer (B2C). Sebab, ini menjadi alasan sebagian besar perusahaan rintisan gagal.

Profesor Thomas R Eisenmann dari Harvard Business School mengungkapkan, 90% startup gagal. Alasan utamanya, karena produk/layanan yang dikembangkan tidak sesuai dengan kebutuhan pasar.

Hal itu senada dengan temuan CB Insights, yakni 42% startup gagal karena tidak berhasil menemukan product-market fit. Product Plan mendefinisikan product-market fit sebagai konsep atau skenario ketika para pelanggan suatu perusahaan mau membeli, menggunakan, dan menyebarkan informasi tentang suatu produk.

Jika itu terjadi pada banyak pelanggan suatu bisnis, maka akan mampu mendukung pertumbuhan perusahaan dan meningkatkan keuntungan.

Product-market fit pun menjadi fokus utama dalam program inkubasi Startup Studio Indonesia (SSI) yang diadakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Ada 15 startup early-stage yang terpilih menjadi finalis.

Mereka mengikuti serangkaian pelatihan, termasuk sesi 1-on-1 Coaching dengan para veteran startup Indonesia, seperti Co-founder sekaligus CEO Dekoruma Dimas Harry dan Co-Founder sekaligus President Evermos Arip Tirta.

Dekoruma merupakan startup penyedia platform kebutuhan home and living yang berdiri sejak 2016. Bisnis utamanya terletak pada penawaran interior ritel, dengan lebih dari 100 ribu stock keeping unit atau SKU, lebih dari 5.000 mitra desainer untuk kustomisasi. 

Sedangkan Evermos adalah startup social commerce berbasis reseller yang menghubungkan UKM lokal dengan individu yang ingin memiliki bisnis sendiri. Perusahaan rintisan ini memiliki lebih dari 500 ribu reseller produktif dan mencatatkan peningkatan nilai transaksi bruto alias Gross Merchandise Value (GMV) lebih dari 60 kali lipat dalam dua tahun terakhir.

(BACA JUGA: Petinggi GoTo - Shipper Beri 5 Tips Sukses Tak Jadi 'Startup Zombie')

Dekoruma dan Evermos mewakili startup yang berhasil melalui tahap product-market fit. Keduanya juga berekspansi lebih jauh untuk mengembangkan bisnis ke tahap tingkat lanjut.

Keduanya pun memberikan tips dan trik tentang hal yang perlu diketahui oleh para pendiri startup untuk mencapai product-market fit, baik bagi B2B maupun B2C, sebagai berikut:

1. Jangan terlalu bergantung pada pemasaran dan subsidi atau ‘bakar uang’

Kebanyakan startup menganggap bahwa angka pertumbuhan, seperti jumlah pengguna atau transaksi, merupakan satu-satunya indikator pencapaian product-market fit. CEO Dekoruma Dimas Harry mengaku awalnya ia berpikir seperti ini.

Ia merasa telah mencapai product-market fit ketika Dekoruma mencatatkan pertumbuhan signifikan di berbagai aspek. Namun, pada 2018, ia mulai melakukan kalkulasi yang lebih mendalam terkait struktur biaya tetap (fixed cost) dan tidak tetap (variable cost).

Kemudian, ia menemukan bahwa pendapatan perusahaan terlalu bergantung pada pemasaran dan subsidi. “Di satu titik, kita harus realistis dan membuat model bisnis lebih berkelanjutan, sehingga tidak boleh terlalu bergantung pada subsidi atau diskon saja,” kata Dimas dalam keterangan pers, Senin malam (23/5).

“Ketika perusahaan sudah mencapai product-market fit, rate pertumbuhan bisa saja lebih rendah, namun justru lebih stabil secara jangka panjang. Kita sudah bisa mempertahankan pelanggan lama, dan mendapatkan sebagian pelanggan baru dengan cara yang organik,” tambah dia.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...