Penjualan Ponsel Tahun Ini Diramal Jeblok karena Lockdown di Cina
Riset International Data Corporation (IDC) memproyeksikan, penjualan ponsel pintar (smartphone) secara global turun 3,5% tahun ini. Penyebabnya, penguncian wilayah atau lockdown di Cina imbas pandemi Covid-19.
IDC memperkirakan, penjualan gawai 1,31 miliar unit tahun ini. Angka ini merupakan hasil revisi dari sebelumnya diramal tumbuh 1,6%.
Penurunan penjualan smartphone paling signifikan terjadi di Eropa Tengah dan Timur, yakni 22% tahun ini. Hal ini karena konflik geopolitik Rusia dan Ukraina yang belum mereda.
Selain itu, pasar di Cina mengalami penurunan 11,5% atau turun 38 juta unit. Eropa Barat diperkirakan turun 1%.
Sedangkan Asia Pasifik, tidak termasuk Cina dan Jepang, diprediksi masih mencatatkan pertumbuhan tahun ini.
IDC mengungkapkan bahwa penurunan penjualan gadget di pasar Cina signifikan memengaruhi transaksi secara global. Tiongkok menyumbang sekitar empat perlima dari pengurangan volume pengiriman.
"Lockdown memukul permintaan dan pasokan global secara bersamaan," kata direktur riset IDC Nabila Popal dikutip dari Bloomberg, Kamis (2/6).
Dalam kondisi tersebut, Apple menjadi produsen yang paling sedikit terkena dampak. Sebab, Apple mempunyai kontrol lebih besar atas rantai pasoknya.
Selain itu, kelangkaan rantai pasok akibat lockdown di Cina tidak begitu berdampak pada ponsel kelas atas seperti iPhone.
IDC melihat hambatan di industri smartphone akan mereda pada paruh kedua tahun ini. IDC juga memproyeksikan, pasar akan meningkat 5% tahun depan.
Selain itu, IDC menyebutkan bahwa tingkat pertumbuhan tahunan gabungan atau Compound Annual Growth Rate (CAGR) hingga 2026 mencapai 1,9%. Ini terdorong oleh penjualan ponsel 5G yang kian pesat.
Perangkat 5G diperkirakan tumbuh 25,5% secara tahunan (year on year/yoy) tahun ini. Ponsel 5G akan menyumbang 53% dari penjualan atau hampir 700 juta perangkat. Gawai ini jenis ini diramal mempunyai pangsa pasar 78% pada 2026.
Selain IDC, Strategy Analytics pada April memperkirakan bahwa pengiriman smartphone terkontraksi sekitar 2%. "Ini karena masalah geopolitik, kekurangan komponen, inflasi harga, volatilitas nilai tukar, dan gangguan Covid-19," katanya dikutip dari CNET, Rabu (1/6).
Sedangkan TrendForce pada Mei juga memperkirakan penurunan produksi ponsel. Alasannya, kenaikan inflasi, serta perang Rusia dan Ukraina.