Kerugian GoTo Membengkak saat Grab dan Shopee Susut

Desy Setyowati
21 Maret 2023, 07:28
goto, Gojek, Grab, Shopee
Momentum Works
Mitra pengemudi Gojek, Grab, dan Shopee

Kerugian induk Gojek dan Tokopedia yakni GoTo membengkak menjadi Rp 40,5 triliun sepanjang tahun lalu. Sedangkan kerugian Grab dan induk Shopee, Sea Ltd menyusut.

Rincian kerugian GoTo, Grab, dan induk Shopee secara tahunan (year on year/yoy) sebagai berikut:

  • GoTo naik 56% menjadi Rp 40,5 triliun
  • Grab menyusut 51% menjadi US$ 1,74 miliar
  • Sea Ltd turun 18,9% menjadi US$ 1,7 miliar

Sebagian besar kerugian GoTo tidak terkait dengan operasional perusahaan, melainkan hanya pencatatan akuntansi. Salah satunya disebabkan oleh kerugian penurunan nilai goodwill Rp 10,9 triliun.

Nilai goodwill yang dimiliki GoTo merupakan akibat dari valuasi yang timbul setelah merger Gojek dan Tokopedia pada 2021. Merger ini menghasilkan selisih antara nilai wajar dan nilai pasar.

Sekitar dua tahun lalu, valuasi saham teknologi meningkat signifikan. Namun kini, valuasi saham teknologi tidak lagi sama dan perlu dilakukan revaluasi dalam bentuk goodwill impairment test.

CEO SW Indonesia Michell Suharli mengungkapkan, pengujian penurunan nilai goodwill harus dilakukan setiap tahun. Jika hasil pengujian menunjukkan terjadi penurunan nilai, maka perusahaan harus mengakui kerugian penurunan nilai (impairment loss) goodwill dan diperhitungkan ke laporan laba rugi tahun berjalan.

"Perusahaan membukukan rugi penurunan nilai goodwill, karena kondisi pasar yang memburuk, padahal mungkin saja pada saat bersamaan, bisnis tumbuh," ujar Suharli melalui keterangan tertulis, Senin (20/3).

Penyebab kerugian GoTo lainnya yakni:

  • Penutupan JD.ID di Indonesia dan unrealized loss di emiten PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA). GoTo merupakan salah satu investor JD.ID.
  • Kenaikan beban atas perampingan organisasi yang dilakukan pada akhir 2022, yakni pemutusan hubungan kerja (PHK) 1.300 karyawan.

Tahun ini, biaya yang dikeluarkan oleh GoTo untuk karyawan akan jauh terpangkas karena jumlah karyawan berkurang.

“Kami meyakini bahwa breakeven EBITDA bisa tercapai lebih cepat setelah GoTo mengambil sejumlah aksi, seperti penurunan variable cost melalui pengurangan promosi dan insentif bagi pelanggan. Penurunan fixed cost bersamaan dengan peningkatan take rate,” tulis riset Ciptadana Sekuritas.

Pesaing GoTo, yakni Grab bahkan memajukan target breakeven atau tidak lagi merugi meski belum untung pada akhir tahun ini.

Berikut perbandingan pendapatan GoTo, Grab, dan induk Shopee:

GoTo

  • Pendapatan bruto naik 35% menjadi Rp 22,9 triliun
  • Kontribusi margin naik 28% dari negatif Rp 8,8 triliun menjadi Rp 6,3 triliun
  • Pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA yang disesuaikan turun 3% dari negatif Rp 16,5 triliun menjadi Rp 16 triliun

Grab

  • Pendapatan naik 112% menjadi US$ 1,43 miliar:
  1. Pengiriman barang dan makanan (GrabExpress dan GrabFood) naik 349% menjadi US$ 663 juta
  2. Pengantaran orang atau GrabBike naik 40% menjadi US$ 639 juta
  3. Finansial naik 166% menjadi US$ 71 juta
  4. Enterprise dan unit usaha lain naik 37% menjadi US$ 60 juta
  • EBITDA yang disesuaikan naik 6% menjadi negatif US$ 793 juta

Induk Shopee, Sea Ltd

  • Pendapatan GAAP naik 25,1% menjadi US$ 12,4 miliar
  • Laba kotor naik 33,1% menjadi US$ 5,2 miliar
  • Rugi bersih turun 18,9% menjadi US$ 1,7 miliar
  • EBITDA yang disesuaikan turun dibandingkan 2021 minus US$ 593,6 juta menjadi negatif US$ 878,1 juta

Reporter: Syahrizal Sidik, Desy Setyowati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...