Berapa Kerugian TikTok Setelah TikTok Shop Tutup di Indonesia?
TikTok Shop resmi tutup di Indonesia pada Rabu (4/10). Berapa kerugian TikTok dari penutupan ini?
Berdasarkan data Momentum Works, TikTok Shop menargetkan nilai transaksi atau GMV US$ 20 miliar tahun ini. Sebanyak US$ 15 miliar atau sekitar Rp 230 triliun di antaranya berasal dari Asia Tenggara.
TikTok Shop hadir di enam negara di Asia Tenggara yakni Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, Vietnam, dan Thailand.
Rincian target GMV TikTok Shop menurut Momentum Works yang berbasis di Singapura sebagai berikut:
- 2021: US$ 900 juta. US$ 600 juta di antaranya dari Indonesia
- 2022: US$ 4,4 miliar dari Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam. Khusus Indonesia US$ 2,5 miliar.
- 2023 (target): US$ 20 miliar. Sebanyak US$ 15 miliar di antaranya dari Asia Tenggara
Di Asia Tenggara, Momentum Works mencatat bahwa TikTok Shop menjadi satu-satunya yang mencatatkan kenaikan pangsa pasar tahun ini. Rinciannya sebagai berikut:
E-commerce | 2023 (proyeksi) | 2022 |
Shopee | 46,5% | 48,1% |
Lazada | 17,7% | 20,2% |
Tokopedia | 13,9% | 18,5% |
TikTok Shop | 13,2% | 4,4% |
Lainnya | 8,7% | 8,9% |
Dengan ditutupnya TikTok Shop, angka 2023 bisa berubah. ““Target-target tersebut kini diragukan,” ujar Asisten peneliti di program Columbia-Harvard China and the World sekaligus konsultan untuk firma riset independen Rhodium Group William Yuen Yee dikutip dari SCMP, Kamis (12/10).
“TikTok tentu saja mengandalkan pasar e-commerce Asia Tenggara, dengan negara-negara besar seperti Indonesia, untuk mencapai target pendapatan global yang ambisius,” William menambahkan.
Ia juga memperkirakan negara lain di Asia Tenggara akan mempertimbangkan untuk melakukan pembatasan seperti di Indonesia. Vietnam misalnya, tengah menyelidiki TikTok terkait konten berbahaya.