Modal Ventura Terbuka bagi Investor Asing Danai Startup Dalam Negeri
Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) mengaku kewalahan mendanai e-commerce lokal. Perusahaan-perusahaan pendanaan (venture company) dalam negeri tidak mampu lagi mendanai perusahaan digital rintisan (startup) yang terus bermunculan.
Wakil Ketua Amvesindo Donald Wihardja menjelaskan pengusaha lokal hanya mampu menunjang investasi ketika perusahaan digital baru mulai tumbuh. "Investasi itu banyak di sheet, series A, series C, dan sudah level unicorn. Persoalannya, di series B itu kosong atau kalau ada jumlahnya kecil," kata Donald di Jakarta, Selasa (12/9).
Donald mengaku perusahaan digital tidak akan bisa menjadi perusahaan besar jika tidak ada pendanaan series B. Perusahaan pendanaan lokal juga tidak cukup besar untuk berinvestasi ketika e-commerce sudah berkembang. Jika mampu, butuh pengelompokkan venture company untuk membiayai satu perusahaan.
(Baca juga: Setelah Kioson, E-commerce M-Cash Bersiap Masuk Bursa)
Dia menjelaskan Convergence Ventures punya US$ 30 juta untuk mengembangkan 50 perusahaan digital. Namun, tiap series B membutuhkan dana sebesar US$ 5-20 juta.
Contohnya, pendanaan Sale Stock Indonesia, dilakukan secara bersama-sama. Padahal, jumlah transaksinya, kata Donald, mencapai jutaan US$ dan sudah siap untuk menerima pendanaan agar ekspansi bisnis yang lebih luas.
Menurut Donald, kebanyakan investor asing saat ini cenderung berinvestasi di perusahaan digital unicorn seperti Traveloka, Go-Jek, dan Tokopedia. Sehingga, Amvesindo dan pemerintah bekerja sama dengan Ernst & Young untuk menjaring investor asing agar mengisi kekosongan pendanaan di startup menengah.
(Baca juga: OJK Turunkan Batasan Aset IPO agar Startup Bisa Masuk Bursa)
"Kemajuan startup di Indonesia pesat dan bisa dianggap lebih murah jika dilihat performance-nya dibandingkan di luar negeri, sehingga kami mengundang investor asing," kata Donald.
Program NexICorn (Next Indonesian Unicorn) yang dijalankan pemerintah merupakan salah satu upaya menarik investor asing. Selain itu, Pemerintah juga bekerja sama dengan Japan External Trade Organization (JETRO) untuk mempertemukan pelaku e-commerce dengan calon investor potensial dari Negeri Sakura.
"Kita ingin lebih serius menjaring investor di e-commerce," kata Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.
Rudiantara menyatakan telah terjadi pergeseran pola investasi dari industri menjadi ekonomi digital. Sehingga, metode pertemuan bisnis secara berkelompok akan menjaring investor lebih banyak.
(Baca juga: Bos GDP Venture: Dari Seribu Startup, Hanya 2% yang Bertahan)