Tren Positif Bisnis Pengantaran Makanan dan E-Groceries Asia Tenggara

Image title
Oleh Ekarina - Tim Publikasi Katadata
28 Oktober 2021, 12:41
Tren Positif Bisnis Pengantaran Makanan dan E-Groceries Asia Tenggara
Shutterstock

Dengan kondisi tersebut, pembelian pangan dan kebutuhan sehari-hari diperkirakan tumbuh menjadi 15% dari total GMV e-commerce pada 2025 dan mencerminkan CAGR sebesar 30%.

“Analisis kami mengindikasikan, pemain pengiriman makanan berada di posisi ingin menangkap peluang pertumbuhan tak hanya di bisnisnya, tetapi juga e-groceries," ujar Sachin Mittal.

Platform pengiriman makanan menghasilkan pendapatan (take rate) lebih tinggi (15-16%), yang dapat digunakan untuk mensubsidi take rate yang lebih rendah di layanan e-groceries. Langkah ini juga bisa mensinergikan biaya dengan memanfaatkan kurir untuk melayani pengiriman bahan pangan di luar jam sibuk pengantaran makanan.

Bisnis E-Groceries Indonesia

Pandemi Covid-19 turut mengakselerasi penggunaan layanan e-groceries dalam negeri. Menurut LEK Consulting, nilai pasar e-groceries atau layanan belanja makanan dan kebutuhan sehari-hari yang dijual melalui saluran e-commerce di Indonesia diperkirakan meningkat menjadi US$ 6 miliar pada 2025 dengan CAGR 43%.

Pada 2019, GMV e-groceries di Indonesia tercatat sebesar US$ 500 juta lalu meningkat dua kali lipat pada 2020 terdorong oleh pemberlakukan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk meredam penyebaran virus Covid-19.

Tingkat penetrasi e-groceries saat ini yang sebesar 0,3% diprediksi tumbuh lebih dari 5% pada 2025 terdorong oleh besarnya basis konsumen dan booming digital menandakan besarnya potensi layanan ini.

Pada 2020, pengguna e-groceries dalam negeri tumbuh 30% seiring dengan meningkatnya frekuensi pembelian. Dalam hal kebiasaan, pengguna di Indonesia mungkin tidak akan meninggalkan e-groceries dalam waktu dekat.

Menurut survei yang dilakukan oleh Redseer, separuh dari responden mengklaim bahwa pengeluaran mereka untuk platform e-groceries meningkat selama pandemi. Pada saat yang sama, 60% responden mengatakan keinginannya untuk kembali berbalanja kebutuhan harian secara online ke depan.

Meski begitu, DBS melihat ada tiga tantangan penting dalam pengiriman e-groceries terutama melalui platform e-commerce dibandingkan dengan pengiriman produk lain seperti fesyen dan elektronik.

Tantangan pertama, keterlambatan pengiriman atau pengadaan dari beberapa vendor. Kebanyakan konsumen yang berbelanja e-groceries mengharapkan pengiriman sampai dalam 24-48 jam. Mengingat produk kebutuhan pokok terdiri dari berbagai macam sayuran segar, buah-buahan hingga produk susu, daging, dan rempah-rempah yang perlu dikumpulkan dari beberapa vendor grosir, pengiriman yang lama akan mengecewakan konsumen.

Kedua, biaya infrastruktur logistik yang mahal menyebabkan biaya pengiriman lebih tinggi. Periode kesegaran produk yang yang tak bertahan lama merupakan tantangan besar yang membutuhkan investasi logistik di gudang maupun infrastruktur transportasi.

Ketiga, tingkat pendapatan yang rendah (take rate) dalam hal sumber dari rantai toko bahan makanan.

Dinamika bisnis di kawasan Asia terus berkembang setiap harinya. Bank DBS menyediakan beragam informasi dan layanan lengkap untuk nasabah, SME dan juga perusahaan untuk membantu memahami seluk-beluk dunia usaha dan mengetahui tren terbaru di pasar.

Bagi nasabah yang ingin mendaftar di komunitas bisnis dan mengetahui lebih banyak informasi mengenai produk-produk dari DBS, bisa klik di sini untuk keterangan lebih lanjut.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...