TikTok Dinilai Jadi Ancaman Shopee, Lazada, Amazon hingga Alibaba
Transaksi TikTok Shop ditargetkan melonjak 4,5 kali lipat menjadi US$ 20 miliar tahun ini. Social commerce asal Cina ini pun dinilai menjadi ancaman bagi Shopee, Lazada, Amazon hingga Alibaba.
TikTok Shop hadir di sembilan negara, termasuk semua pasar utama di Asia Tenggara, Cina, Inggris, Arab Saudi, dan Amerika Serikat. Di Cina, platform ini hadir dengan nama Douyin.
Momentum Works mencatat, Douyin dan Pinduoduo mengganggu bisnis Alibaba di Cina. Pangsa pasar Alibaba pun turun dari sekitar 80% menjadi 50% dalam enam tahun.
“Secara global, TikTok Shop menjadi ancaman bagi pelaku usaha e-commerce, termasuk Shopee dan Lazada di Asia Tenggara, serta Amazon di Amerika Serikat dan Timur Tengah,” kata Momentum Works dalam keterangan pers, Senin (21/8).
Di Asia Tenggara, Momentum Works mencatat bahwa TikTok Shop menjadi satu-satunya yang mencatatkan kenaikan pangsa pasar tahun ini. Rinciannya sebagai berikut:
- Shopee 46,5% 2023, 48,1% 2022
- Lazada 17,7% 2023, 20,2% 2022
- Tokopedia 13,9% 2023, 18,5% 2022
- TikTok Shop 13,2% 2023, 4,4% 2022
- Lainnya 8,7% 2023, 8,9% 2022
Catatan: angka 2023 merupakan proyeksi
TikTok Shop juga menargetkan transaksi bruto atau Gross Merchandise Value (GMV) menjadi US$ 20 miliar tahun ini. Sebanyak US$ 15 miliar atau sekitar Rp 230 triliun di antaranya menyasar Asia Tenggara.
Rincian perkiraan transaksi TikTok Shop per tahun menurut laporan Momentum Works sebagai berikut:
- 2021 US$ 600 juta
- 2022 US$ 4,4 miliar
- 2023 US$ 20 miliar
“Ini akan menempatkan TikTok Shop di liga yang sama dengan pemain mapan Lazada dan Tokopedia,” kata Momentum Works.
Rincian transaksi TikTok Shop dibandingkan Shopee, Lazada, dan Tokopedia sebagai berikut:
TikTok Shop Diskon Besar-besaran
TikTok diperkirakan menggelontorkan insentif seperti untuk diskon, US$ 600 juta – US$ 800 juta (Rp 9 triliun - Rp 12 triliun) per tahun. Sementara Shopee dan Tokopedia mengurangi bakar uang.
“TikTok menghabiskan banyak uang saat ini untuk insentif bagi pembeli dan penjual, yang mungkin tidak berkelanjutan,” kata analis senior di Phillip Securities Research Jonathan Woo dikutip dari CNBC Internasional, pada Mei (26/5).
Jonathan Woo memperkirakan insentif yang disiapkan TikTok US$ 600 juta - US$ 800 juta per tahun atau sekitar 6% - 8% dari target GMV US$ 10 miliar tahun ini.
Data dari perusahaan analisis aplikasi Apptopia menunjukkan, jumlah unduhan aplikasi TikTok Shop Seller Center melonjak di Indonesia selama satu tahun terakhir. Namun TikTok Shop akan menaikkan biaya komisi di Indonesia mulai Juni.
Selain itu, beberapa harga produk di TikTok Shop terpantau lebih murah ketimbang Shopee. Tisu toilet empat lapis dari Nomieo misalnya, dibanderol SG$ 5,80 di TikTok dan SG$ 16,80 di Shopee di Singapura.
Berdasarkan pantauan Katadata.co.id, harga satu dus Indomie di TikTok Shop dan Shopee di kisaran Rp 100.000 – Rp 120.000. Namun TikTok Shop menawarkan diskon Rp 50.000 untuk pengguna baru.
Namun, “TikTok Shop masih sangat baru dan dalam fase ‘bakar uang’ untuk tumbuh yang mungkin bukan pertanda baik di pasar saat ini,” ujar Jonathan Woo.
Jonathan Woo juga mencatat, fitur TikTok Shop belum selengkap Shopee dan Lazada. Kedua e-commerce ini banyak berinvestasi di layanan logistik.
Selain itu, “meningkatkan pengalaman pengguna secara keseluruhan dan kepercayaan bagi penjual dan pembeli,” kata Woo.
Walaupun begitu, menurutnya TikTok Shop berpotensi menjadi sebesar Shopee atau Lazada, meski mungkin memakan waktu cukup lama.
“Pembelian impulsif dari menonton konten adalah keuntungan yang dimiliki oleh TikTok,” kata Kepala Penelitian Sektor Telekomunikasi dan Internet di DBS Bank Sachin Mittal. “Shopee dapat kehilangan sebagian pangsa pasar, tetapi Lazada tidak bisa.”
Konsumen TikTok di Indonesia, Thailand, dan Filipina pun mengurangi belanja di Shopee 51%, Lazada 45%, dan offline 38% menurut survei perusahaan yang menyediakan insights terkait e-commerce Cube Asia.