Lazada dan Shopee Mendekati Untung, TikTok Shop Tokopedia Dinilai Makin Agresif
Lazada dan Shopee mendekati untung. Perusahaan venture builder yang berbasis di Singapura, Momentum Works menilai TikTok Shop Tokopedia tidak akan tinggal diam.
Pendiri sekaligus CEO Momentum Works Jianggan Li menilai, tekanan persaingan yang dihadapi oleh Shopee menurun signifikan selama Januari – Juni atau Semester I. Hal ini karena TikTok Shop berfokus meraup untung dan Return on Investment alias ROI.
ROI adalah rasio keuntungan dan kerugian dari suatu investasi dibandingkan dengan jumlah uang yang diinvestasikan.
“Selain itu, periode penyesuaian TikTok Shop kali ini tampaknya jauh lebih lama dari yang kami perkirakan,” kata Jianggan Li dalam keterangan pers, Rabu (14/8).
Meski begitu, menurut dia TikTok Shop kemungkinan masih akan berusaha meningkatkan pangsa pasarnya. “Mereka tidak akan merasa aman di peringkat kedua,” ujar dia.
Ia mencatat, Shopee baru-baru ini melakukan banyak upaya untuk meningkatkan pengalaman pelanggan misalnya, efisiensi logistik. “Salah satu keuntungan signifikan dari memiliki logistik sendiri yakni semua data bersifat transparan,” kata Jianggan.
Pada akhirnya, langkah itu memungkinkan peningkatan transaksi yang lebih efektif di area-area utama yang sejalan dengan kepentingan platform. Ini merupakan proses panjang yang membutuhkan upaya terkonsentrasi.
Sea Group juga memperkirakan Shopee mencatatkan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA yang disesuaikan positif pada kuartal III.
Rincian kinerja Shopee selama kuartal II secara secara tahunan atau year on year (yoy) sebagai berikut:
- Total pesanan bruto naik 40,3% menjadi 2,5 miliar
- Nilai transaksi bruto alias gross merchandise value (GMV) meningkat 29,1% menjadi US$ 23,3 miliar atau Rp 365,2 triliun (kurs Rp 15.673 per US$)
- Pendapatan GAAP naik 33,7% menjadi US$ 2,8 miliar, yang terdiri dari:
- Pendapatan pasar inti, termasuk biaya berbasis transaksi dan iklan, naik 41,4% menjadi US$ 1,8 miliar
- Pendapatan layanan nilai tambah, termasuk pendapatan terkait layanan logistik naik 15,5% menjadi US$ 722,3 juta
- Pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA yang disesuaikan turun dari US$ 150,3 juta pada kuartal II 2023 menjadi negatif US$ 9,2 juta, yang terdiri dari:
- Pasar Asia: turun dari US$ 204,1 juta menjadi US$ 3,8 juta
- Pasar lain: naik dari negatif US$ 53,7 juta menjadi minus US$ 13 juta
Akan tetapi, biaya penjualan dan pemasaran Shopee naik 55,8% menjadi US$ 673 miliar. Beban pokok penjualan Shopee dan jasa lainnya naik dari US$ 1,3 miliar pada kuartal II 2023 menjadi US$ 1,8 miliar.
Kenaikan terutama disebabkan oleh peningkatan biaya logistik seiring dengan meningkatnya volume pemesanan.
Sementara itu, kinerja Shopee selama kuartal I atau Januari – Maret sebagai berikut:
- Total pesanan bruto meningkat 56,8% menjadi 2,6 miliar
- GMV naik 36,3% menjadi US$ 23,6 miliar
- Pendapatan naik 32,9% menjadi US$ 2,7 miliar
- EBITDA yang Disesuaikan rugi US$ 21,7 juta, menurun dibandingkan kuartal I 2023 untung US$ 207,7 juta
Sea Group juga merevisi proyeksi pertumbuhan GMV Shopee 2024 menjadi mid-20% atau kisaran 24% - 26%.
Sementara itu, Lazada mencatatkan EBITDA yang disesuaikan positif pada Juli atau pertama kali sejak berdiri pada 2012. “Ini membuktikan efektivitas strategi bisnis Lazada,” kata CEO James Dong saat town hall meeting dikutip dari FreeMalaysiaToday, Selasa (13/8).
“Lazada akan terus meningkatkan investasi aktif di pasar Asia Tenggara dengan model operasi yang berkelanjutan,” James Dong menambahkan. Perusahaan berupaya meningkatkan transaksi global di tengah melambatnya pertumbuhan di Cina.
Perusahaan induk yakni Alibaba pada awal tahun menyatakan bahwa kerugian Lazada per pesanan berkurang signifikan, setelah meningkatkan monetisasi dan menurunkan biaya logistik.
Status EBITDA positif Lazada dapat dikaitkan dengan beberapa inisiatif yang telah diambil sejak tahun lalu, termasuk peluncuran LazzieChat, chatbot AI e-commerce pertama di e-commerce Asia Tenggara.