Fintech Ancam Dominasi Bank Sebagai Penyedia Pembayaran E-Commerce
Beberapa layanan financial technology (fintech) mulai mengancam dominasi perbankan sebagai penyedia alat pembayaran di e-commerce. Hal itu tercermin dalam data transaksi Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) pada 12 Desember 2018 lalu.
Dalam pesta belanja akhir tahun tersebut, pembayaran melalui mobile banking naik 3% dibanding periode sama tahun lalu menjadi 49%. Sementara pembayaran melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM) turun 7% menjadi 30%, dan transaksi melalui minimarket yang naik 4% menjadi 18%.
Yang menarik, pembayaran melalui e-wallet atau layanan fintech pembayaran naik 5% menjadi 16%. "Ini jadi tantangan bagi bank," kata Ketua Harbolnas 2018 Indra Yonathan saat konferensi pers di Jakarta, Rabu malam (19/12).
Menurutnya, salah satu pendorong meningkatnya penggunaan layanan fintech pembayaran adalah kemudahan, seperti yang melalui pindai Quick Response (QR) Code. Selain itu, layanan fintech pinjam-meminjam (lending) juga mulai diminati untuk pembayaran di e-commerce seperti cicilan.
Salah satu contoh adalah Traveloka yang menggandeng PT Pasar Dana Pinjaman atau Danamas menyediakan layanan PayLater. Sejak diluncurkan Juni 2018, Traveloka mencatat ada kenaikan penggunaan PayLater 10 kali lipat. Gojek juga menyediakan layanan paylater untuk layanan Go-Food.
(Baca: Transaksi Harbolnas Tak Capai Target, tapi Produk Lokal Naik Kelas)
Selain itu, fintech lending Kredivo menyediakan layanan cicilan untuk berbelanja di e-commerce. "Banyak sekali (layanan fintech lending) yang bisa mencicil tanpa kartu kredit (di e-commerce)," ujar Indra. Benar saja, pembayaran di e-commerce menggunakan kartu kredit turun 3% menjadi 11% selama Harbolnas 2018.
Menanggapi hal ini, Vice President Credit Cards Grup Bank Mandiri M Haris Budiman mengakui, kehadiran fintech untuk setiap transaksi di Indonesia adalah keniscayaan. Untuk itu, Bank Mandiri mengembangkan layanan digitalnya. "Kami yang awalnya payment, saya rasa akan menuju ke situ. Kami akan adjust," kata dia.
Selain pengembangan layanan pembayaran digital, Bank Mandiri juga gencar berinvestasi di start-up bidang teknogi termasuk yang bergerak dalam bisnis fintech. "Kami ada anak usaha, Mandiri Capital Indonesia. ltu mencari fintech dan startup yang punya prospek bagus, kami investasi di situ. Ini wujud kami bersinergi," ujarnya.
Secara keseluruhan, ia menyebutkan bahwa volume transaksi menggunakan layanan pembayaran Bank Mandiri naik 73% selama Harbolnas 2018. Secara jumlah, transaksi naik 95%. Bahkan, ada transaksi di salah satu mitra Bank Mandiri yang naiknya 126%. "Ini luar biasa, di saat bisnis retail lain untuk tembus di atas 10% saja sulit," kata dia.