Transaksi Harbolnas Tak Capai Target, tapi Produk Lokal Naik Kelas
Lembaga riset pasar Nielsen Indonesia memperkirakan, transaksi Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 2018 hanya Rp 6,8 triliun dari target Rp 7 triliun. Meski begitu, produk lokal naik kelas dengan menyumbang 46% dari nilai transaksi.
"Targetnya memang sangat agresif Rp 7 triliun. Tetapi pesannya tercapai, yaitu (transaksi) produk lokalnya tinggi," kata Ketua Harbolnas 2018 Indra Yonathan di Jakarta, Rabu (19/12) malam.
Menurutnya, transaksi pembelian produk lokal mencapai Rp 3,1 triliun pada 12 Desember 2018 lalu. "Ini melampaui target kami Rp 1 triliun," kata Indra. Sejalan dengan kondisi ini, ia merasa puas sekalipun target transaksi keseluruhan nyaris menyentuh target.
Toh, kenaikan transaksi dari Harbolnas 2017 ke 2018 mencapai Rp 2,1 triliun. Kenaikan ini lebih tinggi ketimbang dari Harbolnas 2016 ke 2017 sebesar Rp 1,4 triliun. Lalu, dari Harbolnas 2015 ke 2016 naik Rp 1,2 triliun dan dari 2014 ke 2015 kenaikannya Rp 700 miliar. Selain itu, kenaikan dari Harbolnas 2013 ke 2014 juga hanya Rp 660 miliar
Menurut Direktur Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Kementerian Perdagangan I Gusti Ketut Astawa pun menyatakan apresiasinya terhadap penyelenggaraan Harbolnas tahun ini. "Minat masyarakat terhadap produk lokal cukup besar," kata dia.
(Baca: Bukalapak Targetkan Transaksi Rp 1,6 Triliun Saat Harbolnas)
Sementara itu, Direktur Consumer Insight Nielsen Indonesia Rusdy Sumantri menjelaskan, produk fesyen dan pakaian olahraga yang 56% dari total transaksi produk lokal. Lalu, kosmetik 26%, produk elektronik 16%, gadget dan teknologi 16%, serta pembayaran tagihan dan isi ulang (top up) 13%.
Selain itu, produk lokal yang banyak ditransaksikan adalah personal care 12%, makanan dan minuman 11%, kebutuhan sehari-hari 8%, serta buku dan perlengkapan sekolah 6%. "Ini diukur dari brand dan unbrand di Indonesia," kata dia.
Secara keseluruhan, kategori produk yang paling banyak dibeli selama Harbolnas 2018 adalah fesyen dan pakaian olahraga yang menccapai 69% dari total transaksi. Lalu, kosmetik 35%, perjalanan 29%, produk elektronik 28%, gadget dan teknologi 27%, pembayaran tagihan dan isi ulang (top up) 17%, serta makanan dan minuman 15%.
"Yang menarik posisi travel turun dari kedua tahun lalu menjadi ketiga," kata Rusdy. "Trennya lebih banyak membeli kosmetik. Meski secara keseluruhan, pembelian produk perjalanan masih tumbuh."
Tingkat partisipasi masyarakat di Harbolnas pun mencapai 46%, lebih tinggi ketimbang tahun lalu 42%. Meski, peningkatan keikutsertaan dalam Harbolnas paling tinggi di Pulau Jawa yakni 56%. Sementara di luar Pulau Jawa hanya naik 6%, padahal tahun lalu kenaikannya 82%.
(Baca: Harbolnas 12.12 Tahun Ini Bidik Transaksi Senilai Rp 7 Triliun)
Rusdy memperkirakan, tingkat kenaikan keikutsertaan di luar Pulau Jawa yang rendah ini karena faktor promo ongkos kirim. "Kalau ongkos kirim lebih mahal, kan tidak mau juga. Lagi pun yang paling banyak ikut di Harbolnas adalah yang reguler (yang sudah biasa berbelanja secara online)," kata dia.
Adapun pembeli reguler dalam Harbolnas 2018 mencapai 83%. Sementara konsumen yang baru pertama kali ikut serta dalam Harbolnas sebanyak 16% dan yang pertama kali berbelanja online hanya 1%. Menurut Rusdy, ini terjadi karena masyarakat Indonesia sudah terbiasa berbelanja online sejak tahun lalu.
Data ini dihimpun Nielsen Indonesia melalui survei secara online pada 13 Desember, guna mencatat transaksi berbelanja selama 11-12 Desember 2018. Terdapat 744 responden usia 15 tahun ke atas di 31 kota yang terlibat dalam kajian ini.