Kinerja Bitcoin cs Jeblok Imbas Pengetatan Aturan di Rusia dan India
Awal tahun ini harga dan nilai kapitalisasi pasar mata uang kripto (cryptocurrency) bitcoin jeblok lantaran sejumlah negara seperti Rusia dan India bersiap mengikuti langkah Cina untuk memperketat aturan perdagangan kripto.
Berdasarkan data Coindesk, harga bitcoin di perdagangan hari ini, Senin (24/1), berada di level US$ 35.944 atau turun lebih dari 50% dibandingkan November tahun lalu yang mencapai US$ 66.935. Harga bitcoin juga anjlok lebih dari 20% sejak awal tahun ini.
Kapitalisasi pasarnya pun jeblok. Per hari ini kapitalisasi pasar bitcoin mencapai US$ 677 miliar atau turun lebih dari 50% dibandingkan November 2021 yang mencapai US$ 1,3 triliun. "Bitcoin telah kehilangan hampir setengah nilainya sejak tertinggi November," demikian dlansir CNN Internasional, dikutip Senin (24/1).
Jebloknya bitcoin awal tahun seiring dengan kebijakan ekonomi di sejumlah negara. Bank sentral (Federal Reserve) AS misalnya memberi isyarat bahwa stimulus ekonomi dapat dilonggarkan lebih agresif dari yang diharapkan. Ini membuat investor menjadi gelisah tentang mata uang digital dan aset berisiko lainnya.
Kemudian, pemerintah Rusia dan India juga makin gencar menekan bitcoin dan mata uang kripto lainnya. Dikutip dari Reuters, pekan lalu bank sentral Rusia mengusulkan larangan transaksi dan penambangan cryptocurrency.
Bank sentral Rusia beralasan, cryptocurrency dapat menimbulkan ancaman bagi stabilitas keuangan negara karena sifat perdagangannya yang dinilai sangat spekulatif dan menyebabkan gelembung harga di pasar. Selain itu, penambangannya menyebabkan masalah lingkungan.
"Maka, mekanisme harus dikembangkan untuk memblokir transaksi yang ditujukan dalam membeli atau menjual cryptocurrency," kata bank sentral Rusia dikutip dari Reuters.
Pada November 2021, India juga mengatakan sedang bersiap untuk memperkenalkan Undang-Undang (UU) yang akan mengatur mata uang digital. Sementara awal pekan ini, Perdana Menteri India Narendra Modi mengatakan bahwa kerja sama global diperlukan untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan cryptocurrency.
Pada September tahun lalu, pemerintah Cina resmi melarang transaksi mata uang kripto dan penambangan aset digital. Sepuluh lembaga di Cina, di antaranya bank sentral, lembaga keuangan, dan lembaga sekuritas juga regulator valuta asing bersepakat untuk membasmi transaksi kripto.
"Semua kegiatan cryptocurrency ilegal dan akan dihilangkan sesuai dengan hukum," bunyi keterangan bank sentral Cina, People's Bank of China (PBoC).
PBOC beralasan larangan tersebut untuk menjaga keamanan dan stabilitas keuangan nasional. Di samping itu, Cina telah meluncurkan yuan digital untuk digunakan seluruh masyarakat.
Meski banyak tekanan, namun sejumlah pihak masih optimis terhadap bitcoin dan mata uang kripto lainnya. Goldman Sachs misalnya mengatakan bahwa harga bitcoin bisa mencapai lebih dari US$ 100 ribu dalam lima tahun ke depan.
Bahkan, pendiri platform pinjaman berbasis blockchain Nexo, Antoni Trenchev mengatakan, peningkatan harga hingga mencapai US$ 100 ribu per koin bisa dicapai tahun ini. Sebab, investor institusi gencar membangun perbendaharaan bitcoin.
MicroStrategy dan Square merupakan contoh perusahaan yang diketahui membeli bitcoin dalam jumlah besar. "Jadi, saya pikir bitcoin akan mencapai harga US$ 100 ribu per koin tahun ini,” kata Trenchev dikutip dari Business Insider, pada awal tahun ini (3/1).
Direktur makro global di Fidelity Investments Jurrien Timmer juga mencatat, bitcoin menunjukkan tren peningkatan nilai dari waktu ke waktu. Menurutnya, investor memperkirakan kenaikan harga bitcoin berkelanjutan dalam nilai jangka panjang yang didorong oleh pergerakan pasar organik.