Utang Paylater di Indonesia Hampir Rp 7 Triliun

Lenny Septiani
9 Juli 2024, 15:06
paylater, ojk,
Kredivo
Paylater
Button AI Summarize

Transaksi atau utang via paylater di Indonesia naik 33,764% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 6,81 triliun per Mei. OJK alias Otoritas Jasa Keuangan pun berencana menerbitkan aturan baru.

Rasio kredit macet atau Non Performing Financing (NPF) Gross dan NPF Neto piutang pembayaran paylater masing-masing 3,22% dan 0,84%.

“Pembiayaan paylater di Indonesia memiliki potensi pasar yang cukup besar sejalan dengan perkembangan perekonomian berbasis digital,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya atau PVML Agusman dalam keterangan pers, Senin malam (8/7). 

OJK pun berencana membuat aturan baru terkait paylater, yang mencakup:

  • Persyaratan perusahaan pembiayaan yang menyelenggarakan kegiatan paylater
  • Kepemilikan sistem informasi
  • Pelindungan data pribadi
  • Rekam jejak audit
  • Sistem pengamanan
  • Akses dan penggunaan data pribadi
  • Kerja sama dengan pihak lain
  • Manajemen risiko

Menurut riset Kredivo dan Katadata Insight Center alias KIC, metode pembayaran paylater menempati urutan kedua yang paling banyak digunakan di Indonesia. Paylater juga mulai masif digunakan di toko offline.

Berikut daftar metode pembayaran yang paling banyak digunakan di Indonesia tahun ini:

  1. Dompet digital atau e-wallet 74,1%
  2. Paylater 70,5%
  3. Tunai/Cash on Delivery (COD) 51,1%
  4. Transfer Bank/Virtual Account 47,6%
  5. Alfamart/Indomaret 18%
  6. Kartu Debit 17,2%
  7. Kartu Kredit 9,5%
  8. Lainnya 0,2%

Paylater juga menjadi salah satu metode pembayaran yang digunakan untuk transaksi ke merchant langsung atau offline. Rinciannya sebagai berikut:

  1. Tunai/COD 66,6%
  2. E-wallet 56,1%
  3. Kartu Debit 30,7%
  4. Transfer Bank/Virtual Account 22,1%
  5. Kartu Kredit 13,6%
  6. Paylater 4,1%
  7. Lainnya 1,6%

Meski di urutan keenam, transaksi offline berkontribusi 27,7% terhadap total transaksi paylater sepanjang tahun lalu.

Kelompok usia di atas 36 tahun lebih banyak bertransaksi menggunakan paylater secara offline, karena cenderung lebih nyaman berbelanja di toko. Penggunaan paylater secara offline paling banyak di kota tier 2 dan 3 yakni 39,9% dan 13,2%.

“Paylater menjadi alternatif bagi masyarakat di kota tersebut yang ingin berbelanja tanpa hambatan digital dan tingginya ongkos kirim,” demikian dikutip dari laporan Kredivo dan KIC.

Executive Director Katadata Insight Center Adek Media Roza menjelaskan, transaksi paylater secara offline mencapai puncak pada kuartal empat tahun lalu yaitu 44% dari total.

Transaksi menggunakan paylater secara offline paling tinggi pada saat musim liburan, sedangkan secara online ketika periode promosi seperti 12.12.

Kredivo dan KIC mencatat, pamor paylater masih kalah dibandingkan dengan pembayaran digital lain seperti e-wallet, virtual account, dan QRIS. Akan tetapi, ada beberapa alasan pelanggan memilih untuk menggunakan paylater, di antaranya:

  • Untuk membeli kebutuhan mendesak (58%)
  • Belanja dengan cicilan jangka pendek atau kurang dari satu tahun (52%)
  • Mendapatkan lebih banyak promo menarik (45%)
  • 85% milenial dan 88% dari gen Z tidak memiliki kartu kredit

“Sebanyak 68% responden menyebut paylater sebagai bentuk kredit pertama yang mereka dapatkan. Angka ini meningkat dari 60,9% pada 2022,” demikian dikutip.

Reporter: Lenny Septiani

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...