Bos Gojek Curhat 3 Kali Ditelepon Penipu Saat Memesan GoFood
Co-CEO Gojek Kevin Aluwi mengaku tiga kali nyaris ditipu lewat telepon oleh seseorang yang mengatasnamakan perusahaannya. Orang itu menawarkan transaksi di luar metode resmi Gojek.
Awalnya Kevin bercerita tentang pengalaman pegawainya di bagian administrasi yang mengelola akun Instagram resmi @gojekindonesia. Pelaku mengarahkan karyawannya itu untuk membayar produk yang dipesan lewat GoFood langsung ke rekening restoran.
Padahal, pembayaran resmi atas pemesanan lewat GoFood hanya tunai dan GoPay, termasuk paylater. Pelaku beralasan bahwa kode Quick Response (QR) GoPay di restoran bermasalah.
(Baca: Ditipu Lewat Aplikasi, Pengguna Gojek di Papua Kehilangan Rp 28 Juta)
Lantas, pelaku meminta pegawainya untuk memasukkan kode One Time Password (OTP). Tentu, upaya penipu itu gagal. Karena pegawai Gojek paham bahwa transaksi di luar platform merupakan bentuk penipuan.
"Saya (juga) sudah ditelepon dua atau tiga kali, penipuan seperti ini," kata Kevin di kantornya, Jakarta, Jumat (28/2). Penipu tidak tahu kalau yang ditipu yakni pendiri Gojek.
Berdasarkan catatan internal perusahaan, penipuan seperti itu paling banyak terjadi atas pemesanan GoFood. “Padahal mitra itu jujur. Karena sindikat ini, justru mengesalkan sekali," ujar Bos Gojek tersebut.
Berkaca dari kasus tersebut, edukasi terkait layanan berbasis digital kepada konsumen menjadi hal penting. Ia mengklaim, perusahaannya menggelontorkan investasi untuk edukasi.
Sebelumnya, selebritas hingga penyiar radio di Papua ditipu oleh oknum yang modusnya social engineering. Maia Estianty misalnya, diminta menghubungi kode USSD tertentu yang ternyata merupakan fitur pengalihan panggilan (call forward).
(Baca: Gojek Tanggapi Maia Estianty yang Tertipu Driver & Saldo GoPay Dikuras)
Karena selebritas itu mengikuti arahan tersebut, pelaku pun bisa mengakses ponsel korban. Alhasil, penipu itu masuk ke akun Tokopedia hingga Gojek Maia Estianty.
Penyiar radio di Papua, Prameswara merugi Rp 28 juta, karena ditipu dengan modus yang mirip kasus Kevin Aluwi. Seseorang yang mengaku mitra pengemudi Gojek menelepon dirinya. Driver mengatakan GoPay-nya bermasalah.
Pelaku meminta Prameswara menggunakan layanan perbankan seperti e-banking atau Anjungan Tunai Mandiri (ATM) karena GoPay bermasalah. Ia mengikuti instruksi pelaku, tanpa curiga.
Perempuan itu baru menyadari dirinya ditipu, setelah menerima SMS Banking yang memuat informasi transaksi tidak wajar. (Baca: Ada 2.300 Penipuan Mirip Kasus Maia Estianty, Ini Tiga Langkah Gojek)
Kepolisian RI mencatat, ada 2.300 laporan terkait penipuan yang mirip dengan kasus pembobolan akun Gojek Maia Estianty pada 2019. AKBP Dhany Aryanda sempat menyampaikan, jumlah laporan terkait penipuan dengan modus social engineering itu jauh lebih besar dibanding kejahatan lain.
“Ini sangat ekstrem,” kata dia di Jakarta, akhir bulan lalu (23/1). Modus social engineering yaitu pelaku memengaruhi psikologi pengguna supaya mau memberikan kode (OTP ataupun mengikuti instruksi mereka.
Peneliti Keamanan Siber Communication Information System Security Research Center (CISSReC) Pratama Persadha memperkirakan, penipuan melalui aplikasi seperti itu marak tahun ini. Penipuan di aplikasi bahkan bisa dilakukan oleh pelaku tanpa kemampuan meretas (hacking).
(Baca: Ahli IT: Bahaya, Peretas Akun Gojek Maia Estianty Pakai Call Forward)