Berkaca dari WeWork, Startup Harus Bisa Jaga Keberlangsungan Bisnis

Cindy Mutia Annur
15 November 2019, 08:42
WeWork, startup, digital
instagram/@wework
Ilustrasi, WeWork. Kasus WeWork bisa menjadi pelajaran bagi para pendiri startup. Para pendiri perusahaan rintisan harus bisa menjaga keberlangsungan bisnisnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Yayasan NextICorn Daniel Tumiwa mengatakan bahwa model bisnis dengan startegi 'bakar uang' tidak akan berhasil untuk menggaet pertumbuhan pelanggan dalam skala yang besar dan jangka waktu yang panjang. "Jadi perlu ada model bisnis baru untuk menopang," ujar Daniel di Jimbaran, Bali, kemarin (13/11).

Bahkan menurutnya, sektor fintech mau tidak mau melakukan 'bakar uang' agar masyarakat mau menggunakan layanannya. "Tapi pada kasus WeWork kan mereka melakukan extra bargent sehingga tidak ada kendali dari founder-nya," ujarnya. Ia melanjutkan, Softbank sangat percaya pada founder WeWork Adam Neumann yang dapat menggandakan dananya hingga 10 kali lipat.

(Baca: OVO Tanggapi Kabar Bakal Ditinggal Lippo Group)

Softbank mencatatkan kerugian untuk pertama kalinya dalam 14 tahun pada akhir September 2019. Reuters mencatat perusahaan asal Jepang tersebut merugi US$ 6,5 miliar atau setara Rp 91 triliun (kurs Rp 14.000 per dolar) secara kuartalan karena berinvestasi di startup transportasi dan WeWork.

WeWork pun batal melantai di bursa saham. Sebab, valuasi WeWork disebut-sebut turun dari US$ 47 miliar menjadi US$ 10 miliar. SoftBank diperkirakan bakal rugi jika valuasi WeWork turun hingga ke level US$ 10 miliar.

Analis menilai kondisi yang terjadi pada WeWork bisa menjadi sinyal berakhirnya era perusahaan rintisan rugi yang gencar ‘bakar uang’.

“Kami cukup yakin ada sekitar US$ 10 miliar hingga US$ 11 miliar telah mereka (SoftBank) investasikan (di WeWork),” kata Analis Riset Ekuitas Teknologi di Jefferies, Atul Goyal dikutip dari Fortune, Jumat (11/10).

Ahli Strategi Ekuitas di Morgan Stanley Michael Wilson mengatakan, kegagalan WeWork bisa menjadi sinyal berakhirnya ‘hari-hari modal tanpa batas untuk bisnis yang belum untung’.

Hal itu ia sampaikan dalam nota tertanggal 29 September 2019 yang diberikan kepada kliennya. Ia pun mengingatkan beberapa kasus yang menimpa korporasi lain dalam 20 tahun terakhir.

Setidaknya ada tiga kasus yang ia contohkan. Pertama, kegagalan buyout (pembelian terutang) United Airlines pada Oktober 1989. Kedua, peleburan AOL dan Time Warner pada 2000 yang mengindikasikan segera berakhirnya gelembung era bisnis dot-com. Terakhir, pengambilalihan bank investasi Bear Stearns oleh JP Morgan pada 2008.

(Baca: Mantan Menteri Kominfo Optimistis Ada 3 Unicorn Baru pada 2020)

Halaman:
Reporter: Cindy Mutia Annur
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...