Survei KIC: 50% Startup Digital Mampu Bertahan di Tengah Krisis
Analisis KIC juga mengungkapkan, perusahaan yang berada pada tahapan awal atau seed & cockroach, cenderung paling terpukul pandemi corona.
“Pelaku ekonomi digital yang sudah memiliki valuasi lebih besar atau pada tahapan Pony, Centaur, dan Unicorn cenderung masih bisa menahan tekanan akibat pandemi,” ujar Mulya.
(Baca: Survei KIC: Mayoritas UMKM Terpukul Corona, Ada Dua Strategi Bertahan)
Tekanan yang dialami selama pandemi Covid-19 tergambar dalam penurunan terhadap jumlah pengunjung atau pengunduh aplikasi, jumlah transaksi per bulan, nilai transaksi per bulan, dan jenis produk atau layanan yang ditawarkan.
Jumlah startup dengan nilai transaksi di atas Rp 1-100 milyar per bulan, banyak yang mengalami penurunan omzet menjadi di bawah Rp 1 miliar, yakni dari 30,2% menjadi 14,7%. Namun, jumlah startup dengan transaksi di atas Rp 100 miliar yang semula sebanyak 10,9% startup mengalami kenaikan 2,3% menjadi 13,2%.
Selain pergeseran jumlah transaksi, terjadi juga perubahan preferensi konsumen yang diikuti startup dengan dengan perubahan jenis dan fokus layanan. Contohnya, perubahan permintaan kursus dari offline menjadi online pada sektor pendidikan.
Kemudian, adanya perubahan layanan pada sektor pariwisata dari semula menjual tiket berganti menjadi jasa pelayanan pembayaran tagihan online dan pulsa.
Dirjen Aptika Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan menambahkan, riset atas kondisi startup digital semasa pandemi corona ini dilakukan untuk memastikan Kominfo mendapat gambaran yang lebih akurat atas situasi ekonomi digital.
“Kami ingin program dan kerja kita tepat sasaran, kami ingin ekonomi digital ini terus tumbuh dan berkembang dan belajar dari apa yang menjadi potensi dan tantangan dari kondisi pandemi Covid-19,” kata Semuel.
(Baca: KIC: Perbaikan Data Diperlukan agar Kartu Prakerja Tepat Sasaran)