Setelah J&T, SiCepat Dinilai Berpeluang Jadi Unicorn Indonesia Ketujuh

Fahmi Ahmad Burhan
14 April 2021, 17:59
Ilustrasi iklan salah satu produk SiCepat
SiCepat
Ilustrasi iklan salah satu produk SiCepat

Laporan CB Insights bertajuk ‘The Complete List of Unicorn Companies’ menunjukkan, J&T Express masuk dalam daftar unicorn keenam Indonesia. Startup logistik lain yang dinilai berpeluang menjadi unicorn yaitu SiCepat.

Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan Chamdani mengatakan, SiCepat berpotensi memiliki valuasi lebih dari US$ 1 miliar atau berstatus unicorn, setelah disuntik modal Tokopedia.

"Dia (SiCepat) akan langsung mendapatkan preferensi trafik yang notabene sangat besar," kata Edward kepada Katadata.co.id, Rabu (14/4).

Tahun lalu, DealStreetAsia melaporkan bahwa Tokopedia melakukan investasi strategis di SiCepat untuk meningkatkan kapabilitas layanan pengiriman. Jika ini benar, Edward menilai bahwa kekuatan finansial startup logistik itu mempercepat perubahan status menjadi unicorn.

Pada Maret, SiCepat juga merampungkan pendanaan Seri B US$ 170 juta atau sekitar Rp 2,44 triliun. Investor yang berpartisipasi yakni Falcon House Partners, Kejora Capital, lembaga keuangan pembangunan Jerman DEG , Asia Based Insurer, MDI Ventures, Indies Capital, anak usaha Temasek Holdings yakni Pavilion Capital, Tri Hill, dan Daiwa Securities.

Di satu sisi, sektor logistik semakin moncer saat pandemi corona. CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro mengatakan, perusahaan rintisan di sektor ini tumbuh pesat didorong oleh kondisi geografis Indonesia.

"Logistik menjadi penunjang aktivitas ekonomi," kata Eddi.

Berdasarkan laporan Ken Research, tren pendapatan pasar logistik Indonesia semakin meningkat hingga 2024. Pendapatan logistik di Tanah Air diprediksi US$ 220,9 miliar tahun lalu dan mencapai US$ 300,3 miliar pada 2024.

Pendapatan tersebut termasuk angkutan barang, pergudangan, kurir, ekspres, dan parsel. Kemudian, terdapat nilai tambah layanan dan segmen logistik rantai dingin (cold chain logistics segments).

Sektor logistik juga terdorong pertumbuhan e-commerce selama pandemi Covid-19. "Masyarakat mengurangi pertemuan fisik dan mengandalkan pengiriman via logistik untuk sektor makanan, bisnis, dan lainnya," kata Eddi.

McKinsey memperkirakan, ada 1,6 miliar paket atas transaksi di e-commerce yang dikirim per tahun, pada 2022. Jumlahnya bisa meningkat lagi, mengingat layanan e-commerce semakin diminati selama pandemi.

Facebook dan Bain & Company juga memperkirakan bahwa nilai transaksi belanja online di Indonesia hampir US$ 72 miliar atau sekitar Rp 1.047,6 triliun pada 2025. Angka ini melonjak dibandingkan proyeksi awal US$ 48 miliar.

Proyeksi nilai transaksi belanja online melonjak menjadi US$ 147 miliar di Asia Tenggara pada 2025. Angka ini juga meningkat dibandingkan prediksi awal yang hanya US$ 120 miliar.

Seiring tren belanja online, Chief Marketing Officer (CMO) SiCepat Ekspres Wiwin Dewi Herawati sempat mengatakan bahwa perusahaan banyak bermain di pasar pengiriman barang retail e-commerce dan social commerce atau bisnis online melalui media sosial. 

Selain itu, berfokus mengembangan layanan antar cepat atau same day delivery service untuk mendukung pebisnis kuliner. Tahun ini, SiCepat gencar ekspansi lewat tiga cara yakni meningkatkan infrastruktur digital, strategi layanan dan harga, serta kecepatan pengiriman.

Sejalan dengan perkembangan itu juga, CB Insights mencatat bahwa J&T telah menjadi unicorn. Valuasinya mencapai US$ 7,8 miliar atau mendekati skala decacorn US$ 10 miliar.

Valuasinya mengalahkan Tokopedia (US$ 7 miliar), Bukalapak (US$ 3,5 miliar), Traveloka (US$ 3 miliar), dan OVO (US$ 2,9 miliar). Sejauh ini, baru Gojek yang berstatus decacorn di Indonesia.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...