Grab Siap Melantai di Bursa Amerika Serikat Bulan Depan Lewat SPAC
Decacorn asal Singapura Grab dikabarkan bersiap untuk mencatatkan penawaran saham perdana ke publik atau IPO di bursa Amerika Serikat (AS) pada Desember 2021.
IPO Grab akan segera terwujud setelah perusahaan ‘cek kosong’ alias SPAC Altimeter Growth Corp mengumumkan kesepakatan merger pekan depan.
"Grab dapat mencatatkan IPO di AS paling lambat 2 Desember," kata sumber yang mengetahui masalah tersebut dikutip dari Tech in Asia pada Senin (22/11).
Nikkei Asia Review juga melaporkan bahwa SPAC yang diandalkan Grab, yakni Altimeter Growth Corp akan segera mengumumkan kesepakatan merger untuk IPO minggu depan.
Altimeter akan mengadakan rapat umum pemegang saham (RUPS) luar biasa pada 30 November untuk menyetujui usulan merger dengan Grab.
Diketahui, decacorn asal Singapura ini telah mengumumkan rencana IPO pada April lalu. Saat itu, Grab memperkirakan proses merger akan rampung pada kuartal III tahun ini.
"Ini memberi kami kebanggaan luar biasa bagi Grab yang mewakili Asia Tenggara di pasar publik global,” kata CEO Grab Anthony Tan.
Namun rencana merger dengan SPAC tertunda dan IPO pun gagal terjadi pada kuartal III tahun ini.
Alasannya, Komisi Sekuritas dan Bursa atau Securities and Exchange Commission (SEC) meminta Grab dan perusahaan lain yang ingin mengakuisi SPAC melakukan audit.
Pasalnya, jumlah SPAC sekarang sedang melonjak di AS. Alhasil, otoritas mesti melakukan pengetatan pengawasan.
Tidak hanya Grab, Traveloka juga menghentikan pembicaraan terkait IPO lewat SPAC Bridgetown Holdings Ltd.
Co-founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menilai, keputusan penghentian sementara IPO lewat SPAC tepat.
“Karena tren SPAC di AS agak menurun,” kata dia saat wawancara dengan beberapa media, akhir pekan lalu (14/10).
Reuters melaporkan, lebih dari 100 SPAC mengumumkan merger tahun ini. Namun rata-rata hanya membukukan apresiasi kurang dari 2% dari harga perdagangan saat pertama kali IPO di bursa.
Padahal, rerata pertumbuhan harga saham konstituen S&P 500 tercatat 15% hingga Mei tahun ini. I
Artinya, saham-saham yang melantai lewat SPAC kalah untung dengan yang tercatat dengan skenario biasa.
Menjelang IPO, Grab mencatatkan penurunan pendapatan 9% secara tahunan (yoy) pada kuartal III tahun ini.
Berdasarkan laporan internalnya, Grab mencatatkan pendapatan hingga US$ 157 juta.
Total kerugian operasional yang disesuaikan Grab untuk kuartal III juga melebar 66% menjadi US$ 212 juta. Kemudian, pengguna aktif bulanannya turun 8%.
Chief Financial Officer Grab Peter Oey mengatakan, penurunan pendapatan Grab kuartal III ini disebabkan oleh pembatasan di sejumlah pasar, seperti Vietnam.
"Ini membuat layanan mobilitas ditangguhkan di Vietnam untuk sebagian besar kuartal III. Kemudian, enam negara tempat kami beroperasi mengalami kontrol pergerakan yang lebih ketat," katanya dalam laporan Grab yang dirilis dua pekan lalu (11/11).
Grab juga mencatatkan penurunan nilai total penjualan (gross merchandise value/GMV) pada bisnis mobilitasnya sebesar 30% secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal III tahun ini.
GMV Grab pada kuartal III mencapai US$ 529 juta.
Pendapatan layanan mobilitas Grab juga turun 26% menjadi US$ 88 juta yoy. Kemudian, laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) yang disesuaikan turun sekitar 26% menjadi US$64 juta.
Meskipun begitu, terdapat sejumlah lini bisnis yang mengalami peningkatan.
Layanan pengiriman misalnya mencatatkan peningkatan GMV 63% yoy hingga mencapai US$ 2,3 miliar.
Pendapatan dari layanan pengiriman juga tumbuh 58% yoy menjadi US$ 49 juta. Layanan kebutuhan pokok GrabMart juga mencatatkan peningkatan GMV hingga 380% yoy.
Memasuki kuartal IV, layanan mobilitas Grab juga mulai membaik.
Dalam empat pekan pertama kuartal IV, transaksi meningkat 26%. Ini seiring dengan pelonggaran kebijakan pembatasan di beberapa wilayah, termasuk Indonesia.