Bank Dunia Beri Peringatan soal Resesi Global, Startup RI Harus Apa?

Lenny Septiani
28 September 2022, 15:29
resesi, startup, bank dunia
Katadata
Diskusi Katadata Forum dengan tema "Transformasi Indonesia Menuju Raksasa Ekonomi Digital" di Jakarta, pada 2018.

IMF memperkirakan ekonomi Sri Lanka tahun ini minus 8,7%.

Dampak Resesi Global Terhadap Startup Indonesia

Ketua Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro pada Juli menyampaikan, ancaman resesi di sejumlah negara akan berdampak terhadap pendanaan ke startup Indonesia. Utamanya, dari investor luar negeri karena likuiditas berkurang.

Sedangkan bagi investor lokal, investasi akan terus berlangsung. "Sebab, investasi di startup kan untuk jangka panjang," kata Eddi kepada Katadata.co.id, pada Juli (18/7). “Rata-rata waktu horizon tujuh sampai delapan. Nah, investor lokal ini semestinya investor jangka panjang.”

Ia juga mengatakan, valuasi perusahaan rintisan akan terkoreksi di tengah ancaman resesi. “Kalau punya dana menganggur, bisa jadi waktu yang baik untuk berinvestasi," katanya.

Namun, menurutnya investor akan tetap mempertimbangkan banyak hal dalam berinvestasi ke startup. Penanam modal akan melihat unit ekonomi perusahaan rintisan yang dibidik.

Selain itu, melihat lebih jeli melihat runway startup. Runway merupakan istilah yang menggambarkan panjangnya umur perusahaan rintisan.

Investor akan memperhatikan model bisnis dan jalur menuju profit dari startup.

Cara Startup Bertahan saat Resesi

Eddi mengatakan, berkurangnya likuiditas menyebabkan investor lebih selektif untuk berinvestasi ke startup. Pengetatan likuiditas terjadi karena dua faktor, yakni:

  1. Kebijakan moneter bank sentral di banyak negara
  2. Perang Rusia dan Ukraina yang berpengaruh terhadap suplai

Oleh karena itu, muncul istilah ‘investor winter’.

Menurut Eddi, startup harus mengambil langkah untuk menghemat dana yang dimiliki. “Dengan cara efisiensi, termasuk PHK,” kata Eddi kepada Katadata.co.id, bulan lalu (5/8). “Investor apresiasi pendiri yang berani mengambil langkah untuk bertahan.”

Co-Founder sekaligus CEO DANA Indonesia Vince Iswara mengatakan, tidak ada 'tech winter' melainkan 'investor winter'. Menurutnya, startup harus berfokus mengatasi persoalan di dalam perusahaan.

"Harus benar paham atas apa yang dikerjakan," kata Vince dalam acara Roundtable: What Lical Startup and Investors Should Think About 2022 and Beyond, dua pekan lalu (15/9). "Perhatikan kembali nilai inti bisnis, pengguna atau customer, serta potensi pasar."

Pemimpin startup juga harus memastikan dana yang digunakan dapat meningkatkan pertumbuhan bisnis. “Harus berfokus pada pada bisnis, seperti teknologi, nilai inti bisnis, sumber daya manusia, dan memahami pelanggan," katanya.

Vince juga membagikan tiga poin penting terkait membangun startup, yakni:

  1. Apakah benar-benar membutuhkan investor? Jika bisa membangun secara organik, maka utamakan hal tersebut
  2. Seorang founder harus memilah prioritas dan target yang ingin dicapai
  3. Mendapatkan investor yang tepat, yakni yang benar-benar memahami dan percaya pada bisnis yang akan dilakukan. "Investor sangat peka terhadap pasar. Jadi tergantung pada pasar dan situasi," ujar Vince.

Sedangkan Co-Founder sekaligus CMO Tiket.com Gaery Undarsa mengatakan, bisnis pada dasarnya membuat nilai yang diinginkan konsumen. "Maka, perusahaan akan mendapat profit," katanya pada acara yang sama.

Gaery mengatakan, pendiri tidak perlu takut gagal. "Gagal jika tidak bisa menyelamatkan hal yang dibangun,” katanya.

Halaman:
Reporter: Lenny Septiani, Abdul Azis Said, Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...