Veteran Startup Beri Pelatihan soal Cara Lolos dari Kebangkrutan
Product market-fit menjadi salah satu penyebab startup gagal. Co-Founder dan Managing Partner Impactto Italo Gani pun menggelar program akselerasi untuk memberikan pendampingan dan pelatihan kepada perusahaan rintisan.
Italo Gani juga menjabat sebagai venture partner East Ventures. Perusahaan modal ventura ini menyebut Italo Gani sebagai veteran startup, karena berpengalaman lebih dari 20 tahun.
Ia mengawali karier wirausaha pada 1998. Ia mengembangkan banyak startup di Indonesia, seperti ADSKOM dan InboundID.
Italo juga menjadi penasihat di Nodeflux, startup teknologi pembelajaran mendalam (deep learning) di Jakarta. Selain itu, berpartisipasi dalam program pengembangan ekosistem startup dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yakni Next!Corn sejak 2017 dan Startup Studio Indonesia (SSI) sejak 2020.
Impactto yang dipimpin oleh Italo Gani menggelar program inkubasi ImpacttoBuild Accelerator. Ini merupakan pelatihan intensif yang bertujuan membantu startup tahap awal (early-stage) mempelajari proses mencapai Product-Market Fit (PMF).
“Kami memilih startup tahap awal dan mencocokkannya dengan coach yang tepat, sehingga dapat mendampingi mereka mencapai PMF atau berkembang ke skala yang lebih besar (scale up),” ujar Italo dalam keterangan pers, Selasa (11/10).
Ada lima startup yang lolos pada batch pertama, yakni:
- Mindtera (platform HR digital)
- Kukerja (platform upskilling dan penyaluran kerja)
- Depatu (aplikasi pengecekan dan marketplace produk orisinal)
- Midas (aplikasi pengatur keuangan personal)
- Krealogi (ekosistem rantai pasok digital untuk UMKM sektor kriya).
Mereka mengikuti proses Group Coaching dan 1-on-1 Coaching Sessions selama empat bulan terakhir. Mereka didampingi oleh Dong Shou (Advance.ai), Moses Lo (Xendit), Melisa Irene (East Venture), dan Budi Gandasoebrata (Midtrans).
Pada acara puncak ImpactDay, kelima startup itu berkesempatan mempresentasikan profil perusahaan, pengalaman, serta pertumbuhan di depan para coaches, modal ventura, korporasi, dan perusahaan rintisan lainnya.
ImpacttoBuild Accelerator berfokus menggali dan mendiagnosa pain points masing-masing startup untuk merancang kurikulum terpersonalisasi dan diklaim tepat sasaran. Tim Impactto mengadakan setidaknya satu pertemuan setiap dua minggu untuk mendiskusikan permasalahan yang dihadapi dan mencari solusi bersama.
Associate Impactto and Program Manager ImpacttoBuild Accelerator Ariance Valentina H menyampaikan, perusahaan selalu mengarahkan pendiri startup untuk melihat aspek paling mendasar, yaitu data.
Data yang dimaksud meliputi traction dan cohort. Traction mengacu pada pertumbuhan bisnis perusahaan. Sedangkan cohort adalah bentuk analisis perilaku yang mengambil data dari subset tertentu, seperti bisnis e-commerce atau gim, lalu mengelompokkannya guna melihat data sebagai satu unit.
“Kami ingin mentransformasi mindset para pendiri agar mampu menjadikan data sebagai prioritas dan benchmark utama dalam pengambilan keputusan strategis. Selama program ImpacttoBuild Accelerator, kami juga memberikan ‘profitability modelling’ yang bisa dipakai untuk mengukur pertumbuhan dan proyeksi bisnis kedepan,” ujar Ariance.
Pendaftaran ImpacttoBuild Accelerator Batch 2 pun mulai dibuka. Impactto bekerja sama dengan beragam Innovation Partner yakni Kementerian Kominfo, Midtrans, WGSHub, dan Panasonic.
Apa Itu Product-Market Fit?
Profesor Thomas R Eisenmann dari Harvard Business School mengungkapkan, 90% startup gagal. Alasan utamanya, karena produk/layanan yang dikembangkan tidak sesuai dengan kebutuhan pasar.
Hal itu senada dengan temuan CB Insights, yakni 42% startup gagal karena tidak berhasil menemukan product-market fit.
Product Plan mendefinisikan product-market fit sebagai konsep atau skenario ketika para pelanggan suatu perusahaan mau membeli, menggunakan, dan menyebarkan informasi tentang suatu produk.
Jika itu terjadi pada banyak pelanggan suatu bisnis, maka akan mampu mendukung pertumbuhan perusahaan dan meningkatkan keuntungan.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun menyebutkan hal serupa. "Hati-hati 80% sampai 90% startup gagal saat merintis," kata Jokowi pada peresmian pembuakaan BUMN Startup Day 2022 di ICE BSD City, Tangerang, akhir bulan lalu (26/9).
Sebanyak 42% startup gagal karena tidak ada kebutuhan pasar. Oleh karena itu, Jokowi mengingatkan para pendiri perusahaan rintisan untuk membuat produk berdasarkan kebutuhan masyarakat.
Berikut rincian alasan startup gagal:
- 42% karena produk tidak sesuai kebutuhan pasar
- 29% kehabisan dana
- 23% karena susunan tim
- 19% kalah kompetisi
- 18% permasalahan harga
Sedangkan penyebab startup gagal menurut CB Insights sebagai berikut:
Terkait persoalan dana, Jokowi berharap kehadiran perusahaan modal ventura milik BUMN dapat menjawab permasalahan tersebut. Dengan begitu, startup diharapkan bisa memenuhi kebutuhan pasar dan menangkap peluang yang ada di Indonesia.
Apalagi ia mencatat bahwa 23% startup masih berkecimpung di bidang teknologi finansial (fintech). Lalu 14% di bidang ritel dan hanya 4% di sektor agrukultura, meski peluangnya terbuka.
“Masalah krisis pangan ke depan menjadi persoalan besar yang harus dipecahkan oleh teknologi," ujar dia. Jokowi menilai, ada beragam sektor yang bersentuhan dengan pangan, seperti produksi, distribusi hingga pasar.
Selain itu, sektor pangan melibatkan petani, nelayan, pelaku pasar hingga rumah tangga.