Kisah Pendiri Gojek: Sulitnya Bangun Startup Hingga Nyaris Bangkrut

Fahmi Ahmad Burhan
16 Juli 2021, 18:14
(ki-ka) Adjunct Researcher Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada - Adityo Hidayat, Co-CEO Gojek - Kevin Aluwi, Direktur Pemberdayaan Informatika Kominfo RI - Slamet Santoso dan Ketua Umum SiBerkreasi Hermann Josis Mokalu.
Gojek
(ki-ka) Adjunct Researcher Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada - Adityo Hidayat, Co-CEO Gojek - Kevin Aluwi, Direktur Pemberdayaan Informatika Kominfo RI - Slamet Santoso dan Ketua Umum SiBerkreasi Hermann Josis Mokalu.

Jalan membangun perusahaan startup tidak semudah membalikkan telapak tangan. Meskipun perusahaan sudah dikenal dan banyak digunakan masyarakat, nyatanya belum cukup menjamin kondisi keuangan perusahaan tetap kokoh. Hal serupa juga diakui CEO Gojek Kevin Aluwi yang nyaris bangkrut berkali-kali.

Dia mengatakan, Gojek pernah mengalami masa sulit pada 2015-2016 dan hampir bangkrut. Namun, berbagai upaya dilakukan Gojek hingga saat ini menjadi perusahaan yang memiliki valuasi di atas US$ 10 miliar (Rp 144 triliun) atau decacorn. Kevin mengatakan, meskipun pada 2015-2016 layanan Gojek banyak digunakan oleh masyarakat, namun saat itu perusahaan mengalami kesulitan keuangan.

"Meski perkembangan Gojek pesat, tapi itu masa di mana beberapa kali kami hampir bangkrut," ujar Kevin dalam Talkshow bertajuk "StartUp Building Experience From The Founder", Jumat (16/7).

Kevin mengaku, saat itu Gojek kehabisan uang untuk menjalankan usahanya. Sedangkan, pendanaan sulit didapatkan.  Di sisi lain, Gojek juga sudah mempunyai ratusan karyawan saat itu. "Kami punya tanggung jawab ke karyawan," ujarnya.

Perusahaan kemudian mencari cara agar masalah keuangan bisa diselesaikan. Kevin pun mengaku, saat itu nasib Gojek diselamatkan oleh investor yang mempercayai model bisnisnya.

Hingga kini, Gojek menjadi decacorn. Setelah merger dengan perusahaan e-commerce Tokopedia, Gojek membentuk entitas baru bernama GoTo.

Berdasarkan data CB Insight, GoTo mempunyai potensi untuk meraih valuasi sekitar US$ 40 miliar. Perhitungannya, valuasi masing-masing perusahaan sebelum merger ini bernilai US$ 10 miliar. Setelah merger, perusahaan menargetkan meningkatkan valuasi lebih tinggi.

Gojek pun kini hadir tidak hanya di Indonesia, tapi sudah berekspansi ke beberapa negara Asia Tenggara, seperti Thailand, Vietnam, dan Singapura.

Pekan lalu, Gojek telah mengumumkan secara resmi melepas bisnis dan operasionalnya di Thailand kepada AirAsia Digital. Meski begitu, decacorn di bawah naungan GoTo ini akan fokus mengembangkan pasar internasionalnya melalui SuperApp AirAsia dan fokus memperkuat bisnisnya di Singapura dan Vietnam.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...