Tips Bos Startup Hindari Bisnis Gagal di Tengah Ancaman Resesi

Lenny Septiani
8 November 2022, 11:46
startup
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Ilustrasi

3. Lakukan eksperimen kecil-kecilan

Eksperimen secara terus-menerus merupakan kunci dari keberhasilan Co-Founder AwanTunai dan Sayurbox Rama Notowidigo, yang sekaligus mantan Chief Product Officer GO-JEK.

Menurutnya, penting bagi founder startup untuk berani mencoba segala sesuatu dan melihat mana cara yang berhasil dan gagal.

“Kesuksesan itu sendiri bisa dilihat jika eksperimen tersebut bisa menghasilkan pendapatan organik dan ada level retensi (loyalitas pengguna) yang cukup sehat,” kata Rama.

Christopher Madiam pun ikut menyuarakan hal senada. Ia menyarankan para founders untuk mencoba segala sesuatu di skala kecil-kecilan.

Jika mendapatkan respon positif dari pengguna atau klien, barulah startup bisa menyempurnakan kembali produk tersebut.

Ia mengatakan bahwa eksperimen kecil-kecilan sering menjadi faktor yang lebih efektif daripada terlalu banyak menerima teori saja tanpa dipraktikkan.

4. Human touch tetap harus jadi prioritas

Bagi startup yang bergerak di bidang B2B, layanan pelanggan tetap menjadi aspek utama yang perlu dijaga.

Founder dan CEO dari omnichannel commerce enabler SIRCLO Group Brian Marshal mengatakan seiring dengan berkembangnya skala bisnis membutuhkan intelegensi dan analisa data yang kuat. “Untuk bisa memberikan servis terbaik bagi klien,” katanya.

Data tersebut membantu pengambilan keputusan, seperti mencari harga terbaik dan margin diskon paling bagus.

Namun, Brian menegaskan bahwa analisa data ini tidak bisa menggantikan layanan manusia atau human touch. “Kita perlu memberikan layanan terbaik selalu bagi klien, betul-betul memahami apa pain points dan membantu mereka ketika menemukan hambatan,” ujar dia.

“Di sinilah peran penting dari divisi layanan pelanggan atau Account atau Relationship Manager,” katanya.

5. Bangun fitur yang melengkapi produk utama

Dalam proses membesarkan startup, terkadang founders terlalu berfokus dalam menciptakan fitur dan produk baru. Sehingga mengorbankan produk utama yang telah memiliki model bisnis yang jelas.

Ketika startup sudah menemukan product-market fit (PMF) dan mempunyai jasa atau produk digital yang menghasilkan pendapatan, bangunlah fitur dan produk-produk baru yang bisa melengkapi hal tersebut.

Hal inilah yang menjadi alasan CEO Mekari Suwandi Soh dalam meluncurkan Mekari University.

Dari hasil observasinya, ia melihat banyak pemilik bisnis dan profesional yang membutuhkan pemahaman lebih jauh. Bukan hanya dalam penggunaan software, tapi juga sisi teknis pada akuntansi, perpajakan, hingga peraturan ketenagakerjaan.

“Maka kami membentuk dan membangun Mekari University yang memberikan pelatihan dan membantu menutup gap tersebut,” jelas Suwandi. Ia mengatakan bahwa saat ini, Mekari University juga membantu mahasiswa hingga non-pengguna produk Mekari.

Halaman:
Reporter: Lenny Septiani
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...