Investasi ke Startup Asia Tenggara Anjlok, Ini Penyebabnya
- Pendanaan naik ke level tertinggi pada 2021
- Turun 39% yoy pada 2022
- Turun 71% yoy selama Semester I 2023
Beberapa alasan utama tren penurunan pendanaan ke startup Asia Tenggara, yakni:
- Kenaikan suku bunga acuan
- Lingkungan ekonomi makro
Startup teknologi finansial atau fintech telah mengumpulkan total US$ 926 juta selama Januari – Juni. Sektor ini menyumbang hampir 40% dari dana yang dikumpulkan oleh ekosistem startup Asia Tenggara selama Semester I.
Namun pendanaan ke startup fintech turun secara tahunan. Sementara subsektor asuransi atau insurtech mencatatkan peningkatan investasi dari US$ 98,7 juta pada Semester pertama tahun lalu menjadi US$ 262 juta.
Selain itu, pendanaan ke startup otomotif atau autotech tumbuh dari US$ 23,6 juta menjadi US$ 317 juta.
Sementara itu, data Crunchbase menyebutkan pendanaan ke startup Asia anjlok 50% yoy dari US$ 73 miliar menjadi US$ 36,3 miliar. Volume kesepakatan juga turun 40% dari 5.402 kesepakatan menjadi hanya 3.237. Rinciannya sebagai berikut:
- Kuartal I: Volume investasi turun 7%
- Kuartal II: Nilai investasi turun 44% dari US$ 32,8 miliar menjadi US$ 18,5 miliar. Volumenya juga turun 38% dari 2.508 menjadi 1.564.
Penurunan paling tinggi selama kuartal II atau April – Juni yakni pendanaan tahap akhir. Rinciannya sebagai berikut:
- Nilai turun 45% dari US$ 18,4 miliar menjadi US$ 10,2 miliar
- Volume turun 41% dari 246 menjadi 144
Startup Indonesia meraih pendanaan US$ 378 juta atau sekitar Rp 5,8 triliun selama Semester I. Nilai ini jauh di bawah Singapura US$ 1,2 miliar menurut data Tracxn.
Meski begitu, investasi ke startup Indonesia masih lebih tinggi ketimbang Malaysia US$ 202 juta. “East Ventures, Seeds Capital, dan Y Combinator adalah investor paling aktif di Asia Tenggara,” demikian dikutip dari TechNode, Kamis (20/7).