Grab Ungkap Siasat Hadapi Gojek di Asia Tenggara
Grab dan Gojek sama-sama menyasar pasar Asia Tenggara dan mengusung aplikasi super (superapp). Grab punya strategi tersendiri untuk bisa menggaet pasar dan bersaing dengan decacorn asal Indonesia itu.
Vice President of Marketing Grab Cheryl Goh mengatakan, persaingan adalah hal yang biasa dalam berbisnis. Untuk bisa bersaing, Grab memilih berfokus untuk menawarkan layanan yang berbeda dan kolaborasi.
Grab pun berfokus mengembangkan layanan lewat riset dan pengembangan (research and development/R&D). “Kami dapat membawa pengalaman kami di regional untuk diterapkan di pasar cakupan kami. Di saat yang sama, kami mengembangkan talenta,” kata dia di sela-sela acara Tech In Asia Conference di JCC, Jakarta, Selasa (8/10).
Selain itu, decacorn asal Singapura ini berfokus pada kolaborasi. Kerja sama ini bukan hanya dalam hal pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), tetapi juga produk. “Kami berpikir untuk bekerja sama dengan lebih banyak mitra,” kata dia.
(Baca: Google: Potensi Pasar yang Diperebutkan Gojek dan Grab Rp 83,8 Triliun)
Dari sisi layanan, menurutnya potensi pasar pesan-antar makanan (food delivery) cukup besar. Karena pasarnya besar, Grab juga mengembangkan layanan restoran berbasis digital atau cloud kitchen.
Hanya, ia enggan berkomentar lebih jauh terkait strategi untuk menggaet pasar layanan pesan-antar makanan. Padahal, pasar ini mulai diincar Gojek di regional.
Sebelumnya, Presiden Gojek Grup Andre Soelistyo mengatakan perusahaannya mulai berfokus pada layanan pesan-antar makanan (GoFood) dan pembayaran (GoPay). Sebab, pasar kedua layanan ini cukup besar.
Andre menyampaikan, ukuran pasar pesan-antar makanan hampir dua kali berbagi tumpangan (ride-hailing). Meski begitu, layanan pembayaran merupakan lini bisnis terbesar bagi Gojek.
(Baca: Strategi Gojek Fokus Garap Pesan-Antar Makanan dan Keuangan)
Selain itu, Andre menilai potensi untuk monetisasi dari bisnis pesan-antar makanan cukup besar. “Itulah sebabnya pesan-antar makanan menjadi fokus utama kami. Dan saya pikir, kami sudah memecahkan model (bisnisnya) tetapi kami ingin lebih dalam membangun fitur atas produk yang lebih besar,” katanya dalam acara Asia PE-VC Summit 2019 dikutip dari DealStreetAsia, beberapa waktu lalu (2/10).
Laporan Google, Temasek, dan Bain bertajuk e-Conomy SEA 2019 pun memperkirakan, nilai transaksi (gross merchandise value/GMV) sektor berbagi tumpangan di Indonesia mencapai US$ 6 miliar atau sekitar Rp 83,8 triliun tahun ini. Salah satu penopangnya adalah pesan-antar makanan.
“Pasarnya di Indonesia 13 kali lipat. Jadi, food delivery peluangnya besar sekali,” kata Managing Director Google Indonesia Randy Mandrawan Jusuf saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, kemarin (7/10).
(Baca: Potensinya Besar, Gojek dan Grab Akan Bersaing di Bisnis Cloud Kitchen)