Dua Strategi Huawei untuk Garap Pasar 5G di Indonesia
Raksasa teknologi asal Tiongkok, Huawei menyiapkan dua strategi untuk merambah pasar internet generasi kelima alias 5G di Indonesia. Upaya ini dilakukan ketika bisnis 5G perusahaan tertekan sanksi Amerika Serikat (AS) dan terhambat di Eropa.
Strategi pertama, berbagi pengetahuan tentang manfaat 5G secara masif. "Strategi kami saat adopsi teknologi baru yaitu memperkenalkan manfaat 5G itu," ujar Director ICT Strategy Huawei Indonesia Mohamad Rosidi saat konferensi pers virtual, Kamis (14/1).
Literasi diberikan agar masyarakat siap menerima teknologi baru, sehingga mendorong permintaan. “Kami menggelar road show supaya masyarakat memahami penggunaan 5G secara sesuai dan benefit-nya," kata dia.
Huawei pun berkolaborasi dengan berbagai lembaga pemerintah untuk memberikan literasi terkait 5G. Pada Oktober tahun lalu, Huawei bekerja sama dengan Kantor Staf Presiden (KSP) mengembangkan 100 ribu sumber daya manusia (SDM) selama lima tahun.
Pada September 2020, produsen ponsel pintar (smartphone) itu pun berkolaborasi dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk melatih 400 lebih pegawai. Ini meliputi kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI), komputasi awan (cloud computing), 5G, dan maha data (big data).
Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) juga menggaet Huawei untuk menerapkan AI di Nusantara pada April lalu. Ini seiring dengan upaya kementerian membuat strategi nasional AI.
Strategi kedua, membangun ekosistem pengembangan 5G dengan menggaet operator seluler. "Kami menguji coba penerapan 5G dengan operator," katanya.
Pada 2019 lalu, Huawei menggaet XL Axiata untuk membangun jaringan simplified transport dengan solusi Optical Networking 2.0. Jaringan ini dinilai bisa meningkatkan kualitas layanan, termasuk 5G.
Telkomsel juga berkolaborasi dengan Huawei untuk mengembangkan Joint Innovation Center 5.0. Kolaborasi ini dalam rangka pengembangan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia.
Pada November tahun lalu, giliran Indosat Ooredoo yang berkolaborasi dengan Huawei untuk membangun jaringan transport berbasis teknologi segment routing IPv6 (SRv6). Ini memungkinkan jalur routing deterministik dan jaminan terkait latensi atau keterlambatan pengiriman data.
Huawei memperkirakan, adopsi 5G di Indonesia baru bisa maksimal pada 2022. Salah satu penghambatnya yakni kemampuan infrastruktur jaringan. "Pembangunan fiber optik dan microwave menjadi tantangan," ujarnya.
Peneliti teknologi informasi dari Indonesia ICT Institute Heru Sutadi mengatakan, literasi masyarakat Indonesia terhadap teknologi digital juga menjadi tantangan. "Harus dikembangkan konsep pentahelix yakni pemerintah merangkul perusahaan, akademisi, dan masyarakat untuk mengembangkan digitalisasi," ujarnya.
Sebelumnya, beberapa peneliti teknologi Asia Tenggara menilai, Huawei mengincar pasar regional seiring dengan banyaknya pembatasan akses pengembang 5G di Eropa dan AS. "Asia Tenggara telah dan akan tetap menjadi pasar penting bagi Huawei," kata Principal Analyst Mobile Infrastructure di Omdia Remy Pascal dikutip dari Asia Nikkei Review pada bulan lalu (3/12/2020).
Di Singapura, Nokia dan Ericsson mengalahkan Huawei. Singapore Telecommunications (Singtel) mengatakan sedang dalam pembicaraan dengan Ericsson Swedia.
Sedangkan perusahaan patungan milik Starhub dan M1 memilih Nokia sebagai mitra untuk membangun jaringan 5G. Kedua perusahaan akan membangun jaringan 5G yang ditarget selesai pada awal 2021.
Meski begitu, Menteri Komunikasi dan Informasi Singapura S Iswaran memang mengatakan bahwa pemerintah tak mencegah Huawei untuk berpartisipasi. “Jika Anda melihatnya murni berdasarkan hasilnya, sangat jelas (alasannya),” kata dia dikutip dari CNBC Internasional, Juni tahun lalu (25/6/2020).
Huawei pun bekerja sama dengan AIS di Thailand. Perusahaan asal Negeri Panda ini juga bermitra dengan Maxis Malaysia.
Lalu, perusahaan bekerja sama dengan Globe Telecom untuk layanan percontohan 5G di Filipina. Begitu pun di Kamboja.