Saingi Twitter - Facebook, Google Buat Fitur Baru ‘Breaking News’
Google sedang mengembangkan fitur baru yang disebut ‘Big Moments’. Fitur ini akan menyaingi Facebook dan Twitter dalam menyampaikan berita terkini.
Raksasa teknologi asal Amerika Serikat (AS) itu menyampaikan, pandemi Covid-19 memaksa mesin pencarian (browser) bereaksi dengan cepat dan terus-menerus terhadap kebutuhan pengguna akan informasi terbaru dan paling otoritatif.
The Information melaporkan, satu tim di Google pun mengerjakan proyek ‘breaking news’ tersebut selama lebih dari setahun. Tepatnya, setelah perusahaan berupaya memberikan pembaruan informasi tentang kerusuhan di gedung Capitol AS pada Januari dan protes Black Lives Matter musim panas lalu.
Big Moments diharapkan untuk membangun fitur cakupan penuh atau full coverage Google, yang diluncurkan di Google News pada 2018. Kemudian diintegrasikan dengan mesin pencarian pada Maret.
Fitur cakupan penuh memungkinkan pengguna memasuki tajuk berita dan melihat bagaimana cerita itu dilaporkan dari berbagai sumber.
Fokus Google pada berita terbaru datang ketika konsumsi berita melonjak dan menghasilkan keuntungan besar bagi perusahaan teknologi. Salah satu berita yang disorot baru-baru ini yakni pelapor Facebook Frances Haugen.
Pandemi virus corona meningkatkan konsumsi berita, serta penggunaan media online dan sosial. Ini berdasarkan penelitian Institut Reuters untuk Studi Jurnalisme dan Universitas Oxford pada tahun lalu.
Sekitar sepertiga orang dewasa di AS (31%) mengatakan mereka mendapatkan berita secara teratur di Facebook, menurut studi Pew Research pada September. Sebanyak 13% menggunakan Twitter untuk mendapatkan berita.
Hanya 11% orang dewasa di AS yang menggunakan Google News. Sekitar seperempat (24%) mengatakan bahwa mereka kadang-kadang menggunakannya, menurut studi Pew Research sejak Desember 2020.
“Menyediakan sumber daya yang lebih baik untuk berita terbaru dapat menjadi faktor pembeda bagi Google dan menyebabkan pengguna mengalihkan waktu yang dihabiskan untuk pesaing Google,” menurut The Information dikutip dari USAToday, Selasa (12/10).
Selain itu, studi studi Reuters dan Oxford menunjukkan bahwa banyak orang tidak mempercayai berita dari media sosial. Walaupun beberapa riset menyebutkan persentase yang lebih besar untuk orang yang mencari berita di Facebook dan Twitter.
Penelitian menunjukkan 40% responden mengatakan mereka paling khawatir tentang informasi palsu di media sosial. Sedangkan kekhawatiran terhadap mesin pencarian di Google hanya 10%.
“Tidak seperti situs media sosial, fitur Cakupan Penuh Google membangun konteks yang menunjukkan pandangan yang sama kepada siapa pun yang mencari topik di seluruh dunia dan tidak dipersonalisasi untuk pengguna tertentu,” kata Google dalam siaran pers.
Juru bicara Google menyampaikan, perusahaan terus bereksperimen mencari cara untuk memastikan bahwa orang yang mengunjungi platform Google dapat menemukan informasi yang paling otoritatif dan terkini saat mereka membutuhkannya. “Ini adalah fitur eksperimental yang belum dirilis saat ini dan akan terus berkembang," kata dia.