Riset: Pekerja Indonesia Merasa Aplikasi GenAI Bantu Pekerjaan
Survei Jobstreet bersama BCG Consulting menunjukkan separuh pekerja Indonesia merasa terbantu dengan Generative AI (GenAI). Sebanyak 41% responden dari survei itu menggunakannya untuk belajar dan riset.
Country Head of Marketing Jobstreet, Sawitri, menyebut manfaat terbesar GenAI bagi pekerja Indonesia adalah untuk membantu efektivitas kerja. Sekitar 53% responden merasa GenAI membantu mereka dalam menghemat waktu dan 47% melihat bahwa GenAI berperan besar dalam memenuhi deadline pekerjaan mereka dengan lebih efisien.
GenAI merupakan cabang dari AI yang dapat menciptakan sebuah konten baru berupa teks, gambar, audio, dan video dalam waktu yang sangat singkat. Contohnya GenAI dapat mengubah input teks menjadi gambar, mengubah gambar menjadi lagu, atau mengubah video menjadi teks.
Hampir setengah dari pekerja Indonesia yang aktif memodifikasi output GenAI menunjukkan tingkat kemandirian dan kepercayaan diri yang tinggi dalam menggunakan teknologi ini. "Mereka tidak hanya pasif menerima output AI, tetapi juga proaktif dalam mengolah dan menyempurnakannya,” ujar Sawitri dalam Media Briefing di Kantor Jobstreet by SEEK, Jakarta, Selasa (29/10).
Angka-angka tersebut diperoleh dari laporan eksklusif Jobseeker dan BCG bertajuk Decoding Global Talent 2024 dengan tema Perubahan Cara Kerja di Era GenAI. Survei ini dilakukan secara global, lebih dari 180 negara dan melibatkan 150.735 responden, termasuk 19.154 tenaga kerja Indonesia. Laporan ini bakal tersedia buat publik pada November 2024 mendatang.
Survei Jobstreet bersama BCG Consulting menunjukkan 52% pekerja Indonesia sudah mencoba teknologi GenAI sejak rilis 2023 lalu. Dari angka itu, 38% pekerja menggunakan GenAI secara teratur dalam sebulan.
Secara rinci, pekerja Indonesia paling banyak menggunakan GenAI untuk belajar dan riset (41%), lalu tugas administratif (37%), dan tugas kreatif (31%). Dari sisi personal, mereka memakai GenAI untuk pengembangan keterampilan (50%), memperoleh pengetahuan dan fakta umum (37%), lalu menerjemahkan bahasa (33%).
Meski begitu, ketidakpuasan pekerja Indonesia terkait GenAI adalah lamanya waktu untuk memberi masukan. Menurut laporan Jobstreet, hal ini bisa jadi faktor yang memperlambat adopsi GenAI Indonesia padahal ketertarikan tinggi. Banyak pekerja yang menyebutkan mereka masih harus mencari tahu apa yang mereka butuh pelajari. Lalu, perlu lebih banyak sumber daya keuangan untuk meningkatkan pengalaman penggunaan GenAI.
“Hal ini memberikan peluang bagi pebisnis atau pemerintah untuk memberikan pelatihan dan dukungan yang terarah,” ujar laporan ini.