Intel Peringatkan Risiko Besar Jika Pemerintah AS Kuasai 10% Sahamnya
Intel memperingatkan adanya sejumlah risiko besar apabila pemerintah Amerika Serikat (AS) resmi mengambil alih 10% saham perusahaan tersebut. Peringatan ini disampaikan dalam dokumen yang diajukan ke Securities and Exchange Commission (SEC) pada Senin (25/8).
Intel menilai langkah itu berpotensi memicu reaksi negatif dari berbagai pihak, mulai dari investor, karyawan, pelanggan, pemasok, mitra bisnis, hingga pemerintah asing.
“Bisa saja muncul reaksi yang merugikan, baik secara langsung maupun jangka panjang, termasuk kemungkinan litigasi serta meningkatnya pengawasan publik maupun politik terhadap perusahaan,” tulis Intel dalam dokumen tersebut, dikutip CNBC News, Senin (25/8).
Ketergantungan Pasar Global
Salah satu kekhawatiran utama Intel terletak pada ketergantungan besar terhadap pasar internasional. Sebanyak 76% dari total pendapatan perusahaan pada tahun fiskal 2024 berasal dari luar AS. Tahun lalu, Intel mencatat pendapatan sebesar US$53,1 miliar, turun 2% dibanding periode sebelumnya.
Dengan kepemilikan langsung pemerintah, Intel menilai posisinya akan semakin terkait dengan kebijakan tarif dan perdagangan Presiden Donald Trump yang kerap berubah-ubah. Hal ini dapat mempersulit hubungan dengan pelanggan dan mitra internasional.
Kesepakatan yang diumumkan pada Jumat lalu memberikan Departemen Perdagangan AS hingga 433,3 juta lembar saham Intel. Langkah ini dinilai akan mengurangi hak suara serta kontrol tata kelola dari pemegang saham lama.
“Pemerintah dapat menggunakan hak suaranya untuk menolak keputusan yang berpotensi membatalkan kesepakatan atau mengurangi kepemilikan pemerintah di Intel,” lanjut laporan tersebut.
Dibiayai Dana CHIPS Act
Pembelian saham ini sebagian besar didanai dari kucuran dana yang sudah diberikan kepada Intel lewat CHIPS Act. Secara total, Intel menerima dana federal sebesar US$11,1 miliar. Dana itu mencakup US$2,2 miliar yang sudah cair, tambahan US$5,7 miliar yang sedang diproses, serta US$3,2 miliar dari program terpisah.
Meski demikian, Intel mengakui belum menuntaskan analisis mendalam mengenai dampak finansial, pajak, dan akuntansi dari kesepakatan ini.
